Tolong hentikan fokus anda pada artikel ini sementara :)
Bagi yang ingin mendapatkan diskon dari redBus silakan masukkan kode refferal redb527qj atau ke http://r.redbus.com/redb527qj-1q6 untuk mendapatkan diskon 80.000 saat mendownload di Android apps mendaftar di redBus. Sekian, Terima Kasih.
Ini adalah postingan cerita lanjutan
dari postingan sebelumnya. Postingan sebelumnya berisi mengenai perjalanan ke
Toba – Samosir yang dimulai dari Pekanbaru – Medan – Parapat – Samosir –
Parapat – Medan. Jika belum membaca postingan sebelumnya, silakan klik Pekanbaru - Medan - Toba Samosir ini
biar gak setengah-setengah bacanya. Jadi, saya akan lanjutkan kembali
ceritanya.
Jum’at, 7 September 2018
Setelah turun bus Sejahtera di Simpang
Amplas, saya naik angkot bernomer 64 menuju Simpang Ring Road, dekat Mall
Manhattan dan loket / pool Sempati Star. Tujuan asli saya ya ke pool Putra
Pelangi di jalan Sunggal. Karena saya gak tau angkotnya yang lewat situ, jadi
yaaa naik angkot nomer 64 aja. Dari tempat turun nanti tinggal jalan kaki aja
ke pool Putra Pelangi.
Setelah bayar ongkos 10.000 untuk turun
di Simpang Ring Road, saya ke Masjid di seberang SPBU samping pool Sempati Star
untuk sholat Ashar dan Maghrib dan diselingi makan siang yang dirangkap makan
pagi dan makan malam. Selesai sholat Maghrib, saya jalan kaki ke pool Putra
Pelangi yang juga sekaligus melewati loket-loket bus Aceh, seperti Kurnia,
PMTOH, Sanura, New Aceh Tengah, Harapan Indah, ATLAS, dan New Pelangi.
±19:30 tiba di pool Putra Pelangi. Saya
kira mah sebentar jalannya, 10-15 menitan gitu. Gak taunya lumayan juga, lebih
dari perkiraan.
Sampai di pool, langsung ke loket untuk
tukar tiket dengan menunjukkan bukti booking dari Traveloka berupa SMS, agak
malas aja kalo kasih yang berupa e-ticket di e-mail. Proses cepat dan tidak ada
masalah. Mantap josss, gua demen nih yang beginiii. Beli tiket secara online
dan gak ada masalah sedikitpun. Oh iya, beberapa hari sebelum keberangkatan
saya sempat e-mail ke Putra Pelangi untuk mengkonfirmasi tiket pesanan saya
yang saya beli melalui Traveloka. Tiket saya sudah dikonfirmasi. Tidak ada
masalah. Rekomen lahhh.
Berhubung masih 1 jam-an lagi berangkat,
nge-charge HP dulu lah. Oh iya, saya dapat armada dengan plat nomer BL 7548 AA
“King of the Road”. Malam itu gak ada penampakan Jetliner Scania K410 yang
kelas Executive dan Legacy SR-2 XHD Prime. Entah ke mana 2 bodi ini, mungkin
jalan pariwisata.
20:46 King of the Road mulai menaikkan
jarum speedometernya. Lepas loket jalannya gak langsung di gas pol, cenderung
santai nyaman. BTW, driver pertama ini penampakannya beda dari driver Non Stop
lain yang pernah saya liat. Udah agak berumur, terlihat dari udah banyak uban.
Tapi ada nilai lebih dari driver pertama ini, yaitu soal lagu. Saya bahas ini
di bawah.
Masalah interior sih gak ada masalah.
Leg room lega, apalagi saya yang di tengah gini, pandangan ke jalan paling
luas. Kursi masih oke lah, kayanya sih ini kursi bekas Non Stop sebelumnya yang
pake MB 1626 atau MB 1836. USB charger berfungsi penuh. Cuma wifi aja yang gak
nyala. Yahhh, penyakit bus kebanyakan lah.
21:16 Binjai. Hujan melanda Binjai malam
itu. Cukup syahdu juga.
21:30 salip Putra Pelangi 7545 (MB 2542)
dan Pusaka 7723 (F1 / Jablay) O500R 1836 yang lagi menepi. Lahh, itu dua bus
keberangkatan jam 8 (20:00) masih aja di sini.
Di jalan, kru sempat berdiskusi mengenai
insiden yang belum lama ini terjadi. Insiden tunggal di mana tronton 2542
berwarna merah terbalik belum lama ini. Dari yang saya dengar, si tronton ini
terbalik entah pas atau setelah tikungan dan ditambah kondisi jalan yang
licin/basah karena hujan. Kru 7548 bilang, biarpun punya anti-slip atau
traction control, kalo jalan licin tetap aja gak boleh kencang, berbahaya, apalagi
pas tikungan. Wah ngeri juga ya kalo dibayangin, pas tikungan jalannya di atas
kecepatan rata-rata pas nikung ditambah jalan licin. Safety Riding, Guys.
22:00 mulai terjebak kemacetan di
beberapa meter sebelum bundaran Stabat. Parah macetnya untuk ukuran jalanan
Sumatera. Dengar dari driver pertama sih ini macet karena ada pohon tumbang.
Gile yah, sampe begini. Ini macet sekitar 1 jam loh, entah lebih apa engga,
soalnya saya tidur.
Pas beberapa menit setelah terjebak
macet sih agak bosan juga, udah TV gak ada, AVOD gak ada, musik juga gak nyala.
Pas ngerasa begitu, gak lama kemudian diputar lagu. Bisa pas yah. Untuk urusan
playlist lagu di 7548, bukan maen dah, berkelas. Lagu yang diputar lagu Barat,
ada yang instrumen, instrumen remix santai, dan lagu yang enak didengar lah
walaupun lawas. Playlist yang sesuai dengan saya ini gak berganti sampai besok
pagi. Mantap lah.
23:23 disalip Pusaka F1 dan selanjutnya
disalip juga oleh Putra Pelangi 7545 di Tanjung Pura pas naikin paket.
Sepanjang jalan, driver pertama ini
rasanya agak geram saya dibuatnya. Terlalu segan untuk menyalip, gak seperti
Pusaka F1 yang saya naiki waktu itu yang cenderung arogan dan galak di jalan.
Driver pertama 7548 ini, bagi saya, agak banyak menyia-nyiakan kesempatan untuk
salip kendaraan di depan, padahan ada ruang di arah berlawanan untuk menyalip.
Yaaa biarpun kelas SE yang harus nyaman, gak gitu juga sih kayanya.
23:49 mlewati proyek pengerjaan
jembatan. 7548 sempat lawan saat arah saat sepi dan masuk di belakang 7545.
Sabtu, 8 September 2018
00:00 Pangkalan Brandan. Gak lama, kress
dengan 3 unit Sepakat Grup. Bukan bus, tapi truck. Ketiganya berbeda pabrikan,
tapi gak ada satupun yang Scania. Ketiganya, yaitu UD Quester, Mitsubushi Fuso,
dan Hino.
00:16 salip Kurnia kotak sabun alias
Kurnia Cargo. Hmmm gak asik yah, salipnya bus Cargo, walau pake OH 1521 yang
bisa gahar di jalan, yaa namanya juga bus Cargo. Gak kasih perlawanan berarti
lah.
00:59 Kuala Simpang, Aceh Tamiang.
03:53 Lhokseumawe. Di sini ketemu Putra
Pelangi 1626. Saya kira bakal kasih perlawanan, eh si 1626 malah menepi kaya
ATLAS EvoGT ex Pandawa 87 dan PMTOH HDD.
03:58 aplusan alias pergantian driver.
Selagi menepi ini, di salip ATLAS dan PMTOH yang tadi.
05:39 saya terbangun di Pidie, tepatnya
(kayanya) di Jangka Buya, saat ketemu New Pelangi Jetbus 2, entah RK atau RN.
Si NP ini kecepatannya udah di atas 100 kpj, akan tetapi berhasil disalip 7548
di kecepatan 120+ kpj. Nahh keluar juga speedo mentoknya. Mayan asik juga, mana
abis salip NP, gak lama abis itu ada belokan.
04:39 Bireuen.
05:45 – 06:11 Masjid Besar At Taqarrub,
Trienggadeng, Pidie Jaya. Melakukan kewajiban sebagai seorang Muslim dan
kewajiban bus Aceh. Ada New Pelangi yang tadi juga di sini.
06:25 melewati aktivitas yang cukup
ramai di Pasar Lueng Putu, Pidie.
07:31 melewati Masjid Baitul Muttaqin,
Lembah Seulawah, Aceh Besar. Kress juga sama Anugerah O500R 1836 JB2 yang jadi
angkatan pagi B.Aceh – Medan (kayanya).
Di Seulawah ini pun gak spesial
kecepatannya. Masih lebih cepat 1836-nya Harapan Indah 7390 dan Puska 7723 yang
pernah saya naiki sebelumnya. Agak greget juga sih. Jadi driver pertama dan
kedua ini sama aja. Sama-sama santai. Tapi okelah, saya gak ngejar waktu.
Lagipula naik SE kok. Shantai aeee.
07:44 SPN Seulawah.
08:38 menurunkan penumpang di bundaran
Lambaro.
08:48 tiba di Terminal Batoh, Banda
Aceh. Setelah turun bus, saya ke toilet dulu, abis itu beli tiket balik. Karena
saya balik hari Minggu, jadi beli sekarang saja biar gak kehabisan tiket. PJKA
time brooo.
Loket tujuan pertama saya adalah loket
KAP Group. Saya masih berkeras untuk naik AW Series, dibanding naik Sanura
dengan diskon 30% dari Easybook dan Putra Pelangi dengan diskon 10%, cashback
25%, dan potong saldo dari redBus. Di loket KAP, saya pesan Kurnia yang tronton
Scania. Saya pilih nomer kursi 24 (5B), karena nomer ini berada setelah pintu
tengah yang sekaligus di pintu tengah tersebut ada toilet dan sekat. Nomer kursi
tersebut, dari yang saya lihat di FB atau IG dan tontondi Youtube, menurut saya
punya leg room paling lega dibanding seat baris kanan maupun baris kiri sebelum
toilet/pintu tengah.
Mengenai harga, yang saya tau dari grup
FB Kurnia Group (KAP), kalo AW dari Banda itu 220rb, kalo dari Medan 240rb, dan
juga kalo di Banda ini bisa nego. Makanya saya coba nego 200rb, tapi gak bisa,
katanya ini mobil baru, gak berani kasih harga segitu. Mungkin emang saya aja
yang gak jago dalam negosiasi. Deal harga tiket di angka 210.000. Yaaa oke lah,
210rb dapat Scania K410 bodi anyar Jetbus 3 SHD walau gak bisa 180rb kaya
Sanura K410 sebelumnya hehehehe.
Selepas beli tiket, saya langsung ke
halte Trans Koetaradja di depan terminal. Cukup lama juga nunggu BRT Aceh ini,
masih mending Trans Metro Pekanbaru juga.
09:21 – 09:34 menuju Masjid Raya naik
Trans Koetaradja koridor 2A (Blang Bintang – Pusat Kota). Okupansi BRT Aceh ini
bagus loh, harusnya ada penambahan armada dan jadwal serta halte, karena armada,
jadwal, dan halte saya rasa masih kurang banyak.
09:43 – 09:57 setelah transit di halte
Masjid Raya, saya naik koridor 2B (Pusat Kota – Ulee Lheue). Rute yang dilewati
cukup enak, lewat beberapa obyek wisata, salah satunya Museum Tsunami. Oh iya,
awalnya saya kira naik Trans Koetaradja udah bayar, eh ternyata masih
GRATISSS..... Mantap.
Turun bus, saya menuju loket yang
sayangnya cuma buka 1 saja. Ternyata saya ketemu sama penumpang PPP 7548 tadi
(kayanya), yang saya nguping sih rombongan ini ketinggalan kapal cepat karena
telat sampai Banda Aceh, jadi beli lagi tiket kapal tapi yang kapal lambat atau
Ferry. Saya sih emang maunya naik yang Ferry aja, biar murah. Eh tapiii gak
murah juga sih, lah saya pilih yang kelas VIP (bukan ekonomi) yang harganya
58.000 + 2.000, jadi 60.000, sementara yang ekonomi cuma 27.000. Lah saya kan
sesekali aja dan pengen istirahat juga di jalan, gak ada salahnya lah pilih
yang harganya 2x lipat dari Ekonomi.
Kapal yang jalan saat itu KMP BRR, yang
ukuran kapalnya lebih kecil dari kebanyakan kapal di Selat Sunda, tapi masih
lebih besar dari kapal ferry di Toba-Samosir dan Ketapang – Gilimanuk. Kelas VIP
ini pakai AC dan sofa. AC dingin, sofa empuk, tv ada tapi gak nyala, toilet ada
2, pelampung keselamatan lengkap, ada colokan listrik juga tapi di bagian depan.
Waktu tempuh Ulee Lheue – Balohan (Sabang) saat itu 1 jam dan 50 menit. Berangkat
jam 10:30 dari Ulee Lheue. Di tengah jalan, ombak terasa kencang, cukup bikin
agak sakit kepala juga. Mungkin goyangannya lebih terasa karena kapal yang
lebih kecil dari yang biasa saya naikin di Selat Sunda dan juga di sebelah
Barat langsung menhadap Samudera Hindia sementara di sebelah Timur ada Selat
Malaka.
Merapat di Balohan ternyata kapal harus
putar dulu 180 derajat biar kendaraan keluar kapal engga jalan mundur, tetap
jalan maju dan yang masuk duluan, keluar duluan. Keluar kapal saya langsung
komunikasi sama pak Abdullah, yang punya rental motor yang saya akan pakai
motor rentalannya di Sabang. Komunikasi via WA lancar, dan cepat tanggap,
orangnya sering stay di pelabuhan untuk cari turis/wisatawan yang butuh rental
motor. Biayanya 100.000 per hari, saya dapat Mio 125 (Matic, rental jaman now
susah yang ada oper gigi hehehe), ada helm bawaan honda juga yang sudah tidak
bisa di-klik hahahaha. Jaminannya, Cuma KTP kita yang di foto. Katanya kalo
bailikin motor ke tempat di bawah pohon dekat pelabuhan. Sip lah.
Keluar pelabuhan, saya beli Premium dulu
1 liter seharga 10.000. Di sini gak ada Pertalite untuk eceran, kalo di SPBU
ada kali yah. Di simpang setelah gerbang pelabuhan, saya pilih yang menuju
Danau Aneuk Laot, sesuai papan petunjuk arah. Dannn seperti yang saya duga,
karena saya orangnya gak terlalu tertarik dengan obyek wisata dan lebih suka
menikmati perjalanan. Jadi, Danau Aneuk Laot ini cuma lewat aja, lagi pula saya
pikir jalannya lewatin pinggir danau, gak taunya agak jauh lagi ke Danau-nya. Di
jalan, cuma keliatan sedikit doang danau-nya. Dari sini saya langsung tembak ke
Iboih.
Jalan di Sabang ini cukup asyik, seru,
dan menantang buat saya yang biasanya cuma berkendara di jalanan kota. Jalannya
mayoritas bagus dan banyak yang mulus. Banyak turunan dan tanjakkan, mulai
tanjakkan letter S beruntun sebanyak 2 kali yang abis itu langsung tanjakkan
panjang. Wah mantap juga nih jalan. Karena saya kalo naik motor itu santai dan
menikmati perjalanan, indikator ECO di motor jarang mati, mati pun kalo di
gaspol/geber pas tanjakkan. Di tengah perjalanan, saya khawatir sama bensinnya,
jarumnya udah di dekat merah. Jadi, saya tambah lagi 2 liter. Pas udah nambah 2
liter, eh malah penuh. Eh dasar kampret, amperenya dablek ternyata. Tau gitu
nambah 1 liter aja. Lagi pula motor matic jaman now mah irit.
Setibanya di kawasan wisata Iboih, bayar
dulu retribusi 5.000, padahal di karcis cuma 2.000, pffttt. Karena belum jam 2
(14:00) siang, saya tembak lagi ke tugu KM 0. Jalanan kali ini tidak selebar
tadi, tapi kalo udah dekat KM 0 udah lebar. Jalanan mulus, ada banyak turunan,
tanjakkan, tikungan, dan turunan/tanjakkan panjang. Mantap kali lahhh.
Tiba di KM 0 ya gitu. Foto-foto sikit
aja. Di depan tugu ini, langsung terhampar
luasnya Samudera Hindia. Gak lama di sini, abis itu saya ke Musholla buat
sholat Zuhur, tapi keran wudhunya gak keluar air, aihhhh. Sholat di penginapan
aja lah. Parkir di sini bayar seiklasnya. Lalu, kalo mau beli baju dan
pernak-pernik juga ada di sini.
±14:00 check in penginapan. Saya menginap
di Iboih Bungalow. Pesan kamar di Traveloka dengan harga kamas 142.249 sudah
dipotong diskon. Lokasinya di lokasi wisata Iboih. Depan penginapan atau
seberang jalan sudah pantai dan nampak pulau Rubiah, lokasi tujuan untuk
snorkeling. Saya dapat kamar di lantai paling atas, viewnya mantap, langsung
pantai, laut, dan pulau. Indah sekali. Air lautnya berwarna biru, bahkan sampai
biru muda terang. Fasilitas kamar ada kasur, bantal, handuk, kipas, dan colokan
listrik, serta jendela. Ada balkon juga kalo mau menikmati pemandangan yang
cukup indah. Kamar mandi di luar yes, di lantai dua, kamar mandi bersama. Karena
saya lelah, saya tidurrr. Soal makan, saya beli nasi bungkus isi ikan seharga
18.000. Lebih mahal seribu dari makan dengan menu yang sama saat di Toba
Parapat.
Minggu, 9 September 2018
09:45 setelah packing dan mandi, saya
pamit check out. Saya juga diberikan kartu nama jika lain kalii mau snorkeling.
Harga paket snorkelingnya 550.000 dengan minimal 4 orang kalo gak salah, masih
bisa nego loh. Petugas sekaligus yang punyanya ramah loh. Sebelum gas motor,
saya dikasih Aqua 600ml yang lupa dikasih pas baru masuk. Mayan lah, irit sikit
hehehe.
Rute menuju Balohan yang saya ambil
sekarang ini melewati kota Sabang, tidak motong lewat Danau Aneuk Laot yang
jalannya relatif sepii kaliiii. Di kota Sabang, saya sempat muter-muter karena
bingung jalannya. Overall jalanannya bagus. Mau mampir sana-sini malas. Oh iya,
sebelumnya, saya makan dulu entah di mana, sebelum kota Sabang lah pokoknya. Kali
ini dahsyat harganya, 32.000 makan pakai telur balado, tempe goreng, peyek
udang, dan es teh manis.
Balik lagi, di kota Sabang ini ada 2
SPBU yang jarakmya tidak terlalu berjauhan. Lahh ilah, begitu yak. Ada juga
bandara, sempat tengok Garuda Indonesia Xplore dengan armada ATR yang
sepertinya menuju Banda Aceh. Bagi saya yang gak biasa pakai motor matic ini
memang repot yah. Ada waktu pas di jalan lebar di mana satu arah ada dua lajur
dan di antara dua arah ini ada trotoar. Kalo menuju Balohan jalannya menurun,
pas turunan yang klimaks, agak ketar-ketir juga dibuatnya, udah rem (dengan
cara dicicil, bukan ditekan terus remnya, nanti mengunci takutnya) masih tembus
60 kpj, mana abis turunan ada belokan yang lumayan pula. Hmmmm gila yah, udah
di rem aja masih tembus 60. Kalo manual mah enah, bisa pake engine brake dengan
cara turunin gigi. Kalo ada retader lebih mantap ini hahahaha. Dan kayanya bisa
tembus 60 itu kena idling stop deh, jadi mesin mati, pas di gas nyala lagi.
Sebelum ke pelabuhan, saya istirahat
dulu di Masjid Balohan sembari nunggu Zuhur. Lepas Zuhur berjamaah, langsung ke
pohon tempat janjian dengan pak Abdullah untuk kembalikan motor. Overall motor
gak ada masalah, aman dan lanjar jaya. Bensin pun jarumnya masih setengah
kurang.
Pas balikin motor, saya tanya di mana
loket kapal lambat (Ferry), ternyata ada di dalam dan saya di antar pak
Abdullah sampai dekat loket, karena gerbang utama sudah tutup, hanya gerbang
kecil yang muat untuk motor lewat. Syukurlah masih ada kapalnya walau sudah
cukup penuh. Terima kasih kepada pak Abdullah. Rekomen lah sama dia.
13:05 saya beli tiket di loket. Beli tiket
dengan kelas yang sama, VIP seharga 60rb.
Masuk ke dalam kabin VIP ternyata
okupansinya lebih sepi. Naik kapalnya tetap sama, KMP BRR. Waktu tempuh sama, 2
jam kurang 15 menitan, mulai gas jam 13:30 lewat. Dan saya sadar kalo di Ulee
Lheue – Balohan ini, waktu bongkar muatnya 1 jam, sementara di Ajibata – Tomok (di
Danau Toba) waktu bongkar muatnya hanya 30 menit. Pas keluar kapal, sudah
banyak orang yang menunggu masuk. Wahh iya ya, ini hari Minggu, saatnya pulang.
PERHATIAN!!! Setelah membaca, alangkah baiknya lihat etape touring selanjutnya, Aceh - Medan - Pekanbaru . Terima Kasih
DETAIL BUS
Bus: Putra
Pelangi (PT Putra Pelangi Perkasa)
Nomer plat bus:
BL 7548 AA "King of the Road"
Kelas: Non Stop
(Super Executive seat 2-1)
Jurusan: Medan –
Banda Aceh
Tarif: 140.601
setelah diskon (aslinya 280.000 / 260.000)
Nomer kursi: 1B
Jumlah kursi: 26
Merk kursi: Karya
Logam
Sasis: Scania
K410iB Opticruise
Bodi: Jetliner HD
(karoseri Rahayu Santosa)
Fasilitas: AC,
audio, toilet, rec.seat, leg rest, bantal, selimut, USB charger, WiFi, sekat
belakang.
Waktu tempuh: 12 jam dan 2 menit.
PENILAIAN
+ Pemesanan
tiket mudah. Gak ada masalah
- Waktu tempuh
agak kurang mantap buat kelas Non Stop.
Bulan maret'18 lalu pernah naik 7548 jg, berangkat jam 9 dari bna (molor), jam 00.10 di bireuen, jam 07.10 sampe di medan.
BalasHapus