Rabu, 02 Januari 2019

Perjalanan yang Horor di Lintas Timur dan Selat Sunda | Akankah jadi "Lorena Fanboy?"

Tolong hentikan fokus anda pada artikel ini sementara :)

Bagi yang ingin mendapatkan diskon dari redBus silakan masukkan kode refferal redb527qj atau ke http://r.redbus.com/redb527qj-1q6 untuk mendapatkan diskon 80.000 saat mendownload di Android apps mendaftar di redBus. Sekian, Terima Kasih.


Assalamualaikum, halo semua, selamat datang kembali di blog saya.

Seperti biasa, kali ini saya akan menceritakan mengenai perjalanan saya naik bus yang rutenya sudah pernah saya lalui dan PO-nya sudah pernah saya naiki sampai susah move on. Rute perjalanan saya kali ini adalah rute antar-pulau. Pasti sudah bisa menebak. Seperti biasa, kalo naik bus di rute yang sama dan dengan PO yang sama, pasti ada cerita yang berbeda. Langsung aja simak ceritanya.

Latar belakang perjalanan ini yaaaa karena liburan ya, masa lagi dinas atau tugas kerja. Pilihan armada ada dua, yaitu Sang Jenderal Bintang 5 dan PO yang banyak memakai sasis premium di rute-rutenya yang jauh. Urusan pembelian tiket, awalnya saya mengandalkan redBus, soalnya bisa pakai kode promo dengan potongan 20% dan masih bisa dapet potongan dari redBus Wallet. Sayangnya redBus Wallet sekarang hanya bisa dipakai 20% dari nilai tiket saja, gak bisa unlimited sampai gratis kaya di blog sebelah. Hmmmm....

Pilihan armada saya jatuhkan ke Jenderal Bintang 5 alias Lorena, entah kenapa ujung-ujungnya naik dia lagi padahal udah ada niatan naik SAN dengan harapan bisa dapat Scania K360 Opricruise bodi Legacy SR-2 atau Volvo B7R bodi Scorpion X. Pada akhirnya, keputusan final saya naik Lorena. Saya coba pesan lewat redBus, tapi selalu gagal di pembayaran. Sudah saya telepon pihak redBus tetap tidak bisa. Padahal kalau naik Lorena dengan beli di redBus bisa dapet harga 310an ribu, irit 100 ribu dari Traveloka (plus promo). Karena kesal selalu gagal, akhirnya saya beli di Traveloka aja. Rute Pekanbaru – Jakarta tanggal 13 Desember 2018. Tapi, jeleknya, gak bisa pilih seat di Traveloka, kalo di website Lorena atau redBus bisa pilih seat. Tiket saya bayar dengan harga 413.231 sudah dipotong kode promo sebesar 56.430 (12%) dari harga Traveloka 470.250 atau 490.000/520.000 harga normal.

Rabu, 12 Desember 2018

Malam hari, setelah Isya, saya pergi ke Kantor Cabang Lorena Pekanbaru di jalan Tuanku Tambusai atau jalan Nangka untuk laporan. Pas laporan, ada papan tulis (dekat meja ticketing) yang bertuliskan informasi kedatangan dan keberangkatan armada H-2 sampai H+1 (kalau tidak salah). Dari sepengamatan dan perhitungan saya, nanti saya dapat P 321 karena dia jalan LE 232 di tanggal 10 (bersama P 330 yang jalan LE 150). Saya tanya ke petugas apakah saya akan dapat 321, katanya belom pasti, karena hari ini jalan 1 bus (seperti saya naik LE 151 setahun lalu) dan 1 armada (MB 1525, P 268 kalo gak salah) perpal. Dan perhitungan saya sih emang bakal dapet P 321, karena P 268 bakal jalan LE 233 yang jalan 2 jam sebelum LE 151.
Selain itu, saya juga coba minta pindah seat dari seat saya, 1A ke 2B. Ternyata gak bisa karena sudah terinput di komputer. Katanya kalo mau pindah, minta langsung ke penumpangnya langsung aja. Haduhhh, ternyata masih enak sistem manual juga ya, kaya saya naik Medan Jaya Scania dan Kurnia AW Series kemaren. Selagi ada yang kosong, silakan pindah hahahaha.

Kamis, 13 Desember 2018

Karena keberangkatan LE 151 sekarang yang jam 4 sore, lebih lambat 1 jam saat saya naik LE 151 tahun lalu, saya berangkat dari kost jam 3-an naik Go Car. Perjalanan saya menuju loket Lorena / kantor ESL Express di dekat Pasar Pagi Arengka akan melewati loket SAN di depan gerbang Stadion Utama Riau. Saat lewat, pas banget, yang jalan hari itu Scania K360 Opc bodi SR-2, duhhh ganteng amat ya. Sayang yang kelas Bisnis AC bukan si kaki 1000 alias Scania K410 SR-2 XHD Prime yang jalan.
±15:25 Tiba di loket Lorena / kantor ESL Express di dekat Pasar Pagi Arengka. Karena masih agak lama, saya menunaikan kewajiban dulu di musholla di SPBU sebelah loket.
15:45 Masuk LE 151 dengan bodi Skyliner. Yak benar saja, P 321 mengisi LE 151 hari ini, syukurlah gak dapet 1525 walaupun gagal dapet 1626.
Setelah masukin koper ke bagasi, langsung naik ke dalam bus. Pertama yang saya cek adalah leg room, saya kira sempit, ternyata selonjor. Setelah itu saya cek bagasi atas, ternyata gak ada colokan, haduhhh, alamat harus super irit baterai HP nih.

16:06 LE 232 bodi Jetliner (P 266 kayanya) masuk loket. HAHHH??? Gilak!!! Saya kira itu armada yang tiba tadi pagi dan mungkin iseng main ke loket, tapi bodinya kotor dan turunin penumpang. Ah, gila! Kok bisa baru sampe Pekanbaru jam 4 sore. Pikiran saya sih mungkin karena berangkat dari Bandung-Bekasi-Jakarta ngaret dan kena macet parah di tol dalam kota.
16:27 Lewat SAN SR-1 Scania K310. Hmmm wait..... Ini K310 mau ke mana? Bengkulu? Kok lewat Pasar Pagi? Apa emang lewat sini yah? Saya kira mah lewat Kubang. Entahlah.
16:33 Akhirnya pushback juga setelah lama nunggu orang Kantor Cabang datang. Mundur dan maju ke SPBU sebelah loket untuk isi Solar. Ehhhh malah habis Solarnya. Akhirnya ke SPBU berikutnya di dekat cucian Lorena.
17:02 Berangkat menuju Ibu Kota Republik Indonesia setelah isi Solar penuh alias full tank.
17:33 Kres dengan Sempati Star Patas VIP (Jetbus2 HD), buset deh, dari mana ini Sempati? Jam segini baru sampe Pasir Putih. Itu SS lanjut ke Medan bareng bus-bus PKU-MDN. Oh iya, seingat saya, saya jumpa Sempati Star bodi yang sama malam hari di jalan T.Tambusai / Nangka (dari SKA ke Tugu Songket). Entah dari mana dan mau ngapain.
Kondisi di Pasir Putih yaaa gitu lah. Ada yang mulus aspalnya, masih hitam dan masih tanpa marka jalan. Ada juga yang baru dibongkar dan belum ditambal. Ada juga yang rusak, yang rusak pun bukan cuma aspal, beton pun ada yang rusak juga.
Di sini mulai turun hujan, setelah mendung gelap sejak lepas loket. Pembawaan driver pertama ini (Pak Eko) cukup mantap, gak teralalu nyantai kaya naik LE 151 (P 330) setahun lalu. Pak Eko ini, se-pendengaran saya, dia biasa main ke Timur (Jawa Timur atau Bali). Tapiii, hal itu gak membuktikan kalo dia lambat saat jalan di Lintas Timur. Simak aja ceritanya.
17:57 Simpang Beringin, Pelalawan. Simpang pertemuan jalan dari Pangkalan Kerinci, Pekanbaru, dan Perawang.
18:36 Kres LE 150 bodi Jetbus2+ HD. Wah gila ini mah! Dari yang saya dengar juga katanya ada perbaikan jalan di Lintas Timur Riau. Alamat gak bisa Selamat Pagi Tangerang. Tapi apa iya, masa gegara perbaikan jalan (pembetonan) sampe telat 12 jam lebih.
18:52 Simpang Perak. Pangkalan Kerinci bentar lagi nih.
18:58 – 19:03 Loket Pangkalan Kerinci. Gak ada penumpang naik, cuma nurunin paketan aja.
19:28 Kepadatan jalan di mulai. Lepas Jembatan Sungai Kampar, mulai banyak perbaikan jalan. Hal ini saya kembali rasakan seperti pertama kali ke Pekanbaru pada Agustus 2015 lalu.
19:52 Akhirnya lepas dari cor-coran.
Seperti yang saya tadi bilang. Pak Eko ini walaupun biasa main ke Timur, tapi pas main ke Barat (Sumateraan), gak lambat. Lumayan juga, walaupun gak gila. Tapi kencangnya terasa. Top Speed di Lintas Timur Pelalawan sekitar 70 KPJ. Kencang ada, nyantai tapi pasti ada, konstan ada, tempel tipis ada, goyang ada. Komplit lah. Terkadang, pindah gigi aja sampai 2000an RPM, driver ke-2 juga gitu.
20:34 Pangkalan Kuras / Sorek.
20:58 Pangkalan Lesung. Banyak amat nama daerah pake Pangkalan yah di Sumatera, terutama Riau.
21:15 Ukui.
21:52 Pertamina Lirik Field. Wilayah ini saya jadikan patokan bahwa RM Simpang Raya udah dekat.
21:58 – 22:42 RM Simpang Raya bersama SAN Bisnis yang ketemu di loket SAN dan loket Lorena serta Sempati Star 7761 (JB2 K360 Opc) tujuan Jakarta yang baru tiba pas LE 151 mau jalan. Nahhh ini telat amat 7761, macet Lintas Timur (Minas-Duri) atau emang keong.

Di sini seperti biasa yah, menunaikan kewajiban dulu baru ma’em. Makan malam pakai ayam bakar dan nasi tambah seharga 28.000. Set dah, naik terus dah. Waktu naik LE 151 itu 25ribu kalo gak salah dan pas berangkat Jamnas naik FRW kena 26.000 kalo ga salah. Soal rasa, lumayan enak lah, cuma kurang kuah gulai aja. Entah pelit, entah habis. Ya kali habis.
23:01 Menaikkan penumpang di loket Pematang Reba, setelah Pusat Pemerintahan Kabupaten Indragiri Hulu.
23:28 Loket Belilas.

Jum’at, 14 Desember 2018

00:42 Seberida. Kebetulan pas lagi nanjak, eh disalip dengan agak sadis oleh Sempati Star 7761. Gila tuh SS 7761, bisa-bisanya ngejar. Lingkar kemudi lepas Simpang Raya yang dikendalikan oleh Pak Rustam. Pas SS 7761 ini salip dan di arah berlawanan ada truk, karena geram dengan SS, Pak Rustam seakan gak mau kasih jalan buat SS, bahkan sampai keluar kata ‘songong’ buat si SS. Hahahaha ada yang trigerred nih. Panas, bakalan seru nih ke depannya. Mantap, gak rugi beli minuman kopi.
Setelah LE 151 ngalah dan si SS 7761 makin ngacir, Pak Rustam yang panas langsung mulai percobaan pengejaran si Youngster tersebut. Mencoba mengeluarkan tenaga si OM906LA ini, tapi masih belum mampu mengejar Scania K360 12.700cc 360HP seharga 1,2-an milyar. Harga memang gak bohong, tenaga mesin juga beda jauh. Dan anehnya, kok bisa ‘pemain baru’ ngejoss, walaupun si SS 7761 ini dulunya reguler MDN-PKU dan setelah buka trayek Jakarta, jadi sering juga main ke Jakarta. Tapii yaaa gokil loh, SS MDN-PKU aja boleh dibilang yang paling lambat di rutenya. Lah ini. Mungkin driver ex PO mana gitu yang udah paham Lintar Timur dan paham Scania. Misterius juga itu 7761. Terkejut abang terheran-heeeraannn......
01:10 Keritang, masih di Riau. Bangun-bangun, nampak si SS 7761, coba dikejar, tapi hilang dikegelapan malam Lintas Timur. Tidur lageeee.
04:25 – 04:57 RM Ajo Tonjong, Bukit Baling, Jambi. Di sini saya gak turun, gak laper juga, gak kebelet juga. Jadi, lanjut tidorrr.
06:03 Setelah tidur bangun tidur bangun lalu tidur lagi, jam segini terbangun pas berhenti di Kantor Cabang Jambi untuk naikin penumpang yang salah satunya duduk di seat 1B atau sebelah saya.
06:08 Terminal Alam Barajo Jambi. Wajib masuk.
Overall, kondisi jalan di Provinsi Jambi ini paling baik di antara Provinsi yang saya lewati diperjalanan ini sepanjang Lintas Timur Sumatera. Mayoritas aspal bagus, walau ada sedikit yang tambalan atau rusak ringan. Sempat juga merasakan terang sebelum kota Jambi yang bisa liat hamparan kebun sawit, sayangnnya gak terlalu jelas karena belom terlalu terang.
06:29 Kres dengan LE 232 (lupa bodi, JB2 kalo gak salah) di KM 13 jalan raya Jambi – Palembang. Hmmmm...... jam segini sampe Jambi. Sampe Pekanbaru sebelum tengah malam tuh, mungkin sama kaya saya pertama kali naik LE 150 tahun 2015 lalu.
06:50 Simpang 3 yang memecah jalan menuju Jambi, Palembang, dan Muaro Bulian (sampai Lintas Tengah). Bus tujuan Sumbar, seperti ANS, Gumarang / Lampung Jaya, Epa Star, dan Yoanda Prima beloknya di sini.
07:18 Melewati RM Simpang Raya, Bayung Lencir. RM yang ramai dengan Optimus Prime.
09:14 Eh si SS 7761 lagi minggir karena ada masalah di ban (kayanya) sampe-sampe mobil polisi dateng.
09:26 Kres dengan SAN 7355 Scania K360 SR-2 di Peninggilan, Tungkal Jaya, Musi Banyasin.
Sumpah ya, dari naik LE 151 tahun lalu sampe sekarang, jalan dari Bayung Lencir (masuk Sumsel setelah Jambi) sampe Betung jalannya masih aja begini, jelek parah. Ini jalan kurang perhatian banget dah, sepertinya Pemerintah (bisa pusat, bisa pemprov, bisa pemda, entah yang mana yang bertanggung jawab atas jalan ini) terlalu fokus sama jalan tol dan perhelatan Asian Games di Palembang.

10:27 Sungai Lilin. Gila! Daerah rame aja parah banget jalanannya.
10:43 Melewati RM Pagi Sore, Sungai Lilin. Nampak Sempati Star Super VIP 1526 HDD lagi istirahat. Hei hei hei,,, kamu kan jalan beberapa jam sebelum LE 151.
11:24 – 12:19 RM Musi Indah, Betung bersama Gumarang Jaya dan SAN Bisnis AC yang searah dengan LE 151. Eh dikejauhan nampak juga sebuah bus bersasis premium yang ditutupin terpal, nampak juga ban kanan belakang tinggal velgnya aja. Saya sih tau ini bus apa, bodi apa, sasis apa, kelas apa, dan jurusan apa. Petunjuknya sih ini bus dulu jadi korban laka di sekitar sini.
Setelah turun bus, langsung ke meja kasir untuk charge HP (bayar 2000), abis itu makan. Karena makan di sini mahal, saya pesan aja nasi dengan telor (telor bulat digulai) tanpa dihidang biar gak mahal. Nasi gak tambah dan minum pakai air hangat. Tadinya disediain air mineral botol, tapi pasti berbayar dan mahal, jadi minta air di gelas aja, air hangat biar gratis. Rasa makanan lumayan lah, ada sambal ijo (ada teri juga di dalamnya) juga. Setelah makan, menunaikan kewajiban.
12:41 Kres dengan RAPI napin Stuttgart. Wih jatah Palembang – Medan udah jalan aja.
13:08 Pangkalan Balai, Banyuasin.
14:30 Kres dengan Sempati Star K360 SHD depan Batalyon KM 18. Lupa ini jatah Palembang atau Jakarta.
15:18 Isi solar di Tanjung Api-Api. Kondisi Palembang saat ini udah beda dibanding setahun lalu, terlihat jelas sudah gak banyak proyek dan sudah beroperasinya LRT.
15:40 – 16:13 Kantor Cabang Palembang, ada P 264 juga yang perpal untuk keberangkatan besok. Kabarnya, 264 ini tiba di Palembang jam 2, wah wah wah, jalanan macet nih. Cukup lama yah di sini. Bisa dimanfaatin untuk ke toilet dan menunaikan kewajiban. Tadinya sih mau charge HP juga, eh tapi langsung diserbu sama penumpang LE 151.
16:31 Jembatan Musi 2. Sempat ketemu SS 7761 yang lagi singgah di loketnya. Entah lanjut Jakarta atau stop Palembang tuh SS. Kayanya sih lanjut Jakarta, soalnya masih ada penumpang yang duduk di dalam.
16:42 GT Palembang. Akhirnya merasakan juga tol di Sumsel.
Tol sepanjang 20 KM (kalo gak salah) lumayan banget buat menyingkat waktu dan terhindar dari kepadatan jalanan menuju Indralaya. Di tol ini, OM906LA dipacu sampai sekitar 90 KPJ pada 1800 RPM (kalo gak salah). Sayangnya jalan tol dengan permukaan beton ini gak mulus layaknya jalan aspal. Terasa bergelombangnya. Aspal tetap yang ternyaman lah.
16:56 GT Indralaya.
±17:30 Sekitar jam segini di sekitar Kayu Agung, Pak Rustam mulai menurunkan rem tangan dan akan terus berulang kali terjadi sampai beberapa jam ke depan. Why? Macet.
Macet yang cukup parah, bahkan memang parah terjadi, sampai-sampai banyak mobil yang pakai bahu jalan dan blong kanan. Awalnya saya kira ini macet karena ada truk yang bermasalah di arah berlawanan, makanya macet. Eh abis ini macetnya makin jadi, GOKS! Macet Lintas Timur mengerikan. Sore yang terang walau agak gelap karena awan mendung yang datang telah berubah menjadi malam hari yang ditandai dengan gelapnya langit dan lampu-lampu kendaraan yang mulai dinyalakan. Akan tetapi, macet belum juga terurai. Nikmati saja. Dan kejadian ini FIX lah, gak bisa “Selamat Pagi, Tangerang!” bahkan catatan waktu akan lebih lambat dari LE 151 (P 330) yang saya naiki setahun lalu.

18:27 Kres dengan LE 150 (lupa bodi, Skyliner mungkin) dan Pahala Kencana Jetbus putih biru di Tanjung Agas, Tanjung Raja, Ogan Komering Ilir.
18:44 Kres dengan LE 232 (JB2 1626). Astaga, ini dia yang saya harap, 1626. Mengapa anda baru jalan kemarin. Duhhh haduhhh. Terbayang-bayang ayunan balon suspensi udara dari 1626.
Nah, terjawab sudah mengapa Lorena tujuan Pekanbaru pada telat. Macet di dua titik, Kayu Agung dan Lintas Timur Riau. Sebenernya mungkin 3, kalo dihitung macet di Jawa, tapi gak usah dihitung lah, udah biasa macet di sana.
19:07 Simpang 3 Tanjung Raja, Kayu Agung.
19:18 Akhirnya lepas juga dari kemacetan @Jembatan setelah pasar Tanjung Raja.
Gila yah, macet parah asli tapi masih misterius penyebab kemacetannya. Kalo kata supir truk yang kres pas macet sih katanya ada kendaraan yang bermasalah juga. Lepas kemacetan, Pak Rustam langsung menaikkan tensi berkendara. MB OH 1526 NG dipacu tinggi agar cepat masuk rumah makan. Mantap juga rasanya menerjang jalan Kayu Agung yang tidak bagus ditambah hujan deras itu sensasinya luar biasa. Apalagi pas salip kendaraan. Mantab.
20:20 – 21:17 RM Pagi Sore, Teluk Gelam, Kayu Agung, OKI bersama Putra Remaja Evonext 1521, Giri Indah 1521 Old Legacy, dan SS 7761 yang datang beberapa saat sebelum bus saya jalan.
Sebelum turun, ambil peralatan tempur dulu, abis itu otw kamar mandi. Kamar mandi masjid ya, karena bersih dan gratis. Mandi dulu, abis itu menunaikan kewajiban. Sudah segar, sudah ibadah, saatnya dinner. Tempat yang saya pilih yaitu tempat makan di samping rumah makan utama. Saya makan pakai nasi soto campur dan minum air hangat. Harganya 28.000. Rasanya lumayan, enak buat mengisi perut dan menghangatkan badan. Tapi dagingnya kurang banyak, malah banyakan kikil.
22:03 Agen Lorena, Siberuk. Unik ya namanya.
Selepas RM Pagi Sore, kemudi dikendalikan kembali oleh Pak Eko. Pembawaannya di Lintas Timur santai tapi pasti, gak ngebut, gak lambat. Pembawaan yang santai ditambah kondisi di luar sedang hujan buat suasana cukup syahdu. Apa lagi ada dua orang penumpang yang duduk ke depan sambil cerita-cerita mengenai kehidupan jalanan Lintas Timur dan sedikit membahas mengenai Siba Surya, perusahaan jasa yang terkenal memiliki berbagai macam truk, terutama dari Eropa. Selain itu, saya banyak pakai waktu untuk tidur.

Sabtu, 15 Desember 2018

02:31 Plaza Bandar Jaya. Kres juga sama Lorena dan Sempati Star JB2 Scania.
03:36 – 03:42 Kantor Cabang Lampung @Kalibalok.
04:04 Gardu Induk New Tarahan. Di sini Cuma jalan bareng Telaga Indah Armada (kalo gak salah), toh ujung-ujungnya si TIA disalip LE 151.
04:13 Tanjakan Tarahan.
05:05 – 05:54 RM Siang Malam Kalianda bersama TIA, 6 unit Damri arah Lampung, dan LE 150 JB2+ (P 289) yang baru tiba saat bus akan jalan.


Cukup lama di sini karena menunggu Lorena yang mengarah ke Palembang atau Pekanbaru untuk menitipkan sesuatu ke agen Siberuk kalo gak salah. Di sini saya menunaikan kewajiban dan gak makan, tapi beli nasi goreng yang dibungkus buat sarapan di atas kapal. Waktu makan di atas kapal lebih cocok, pas sama jam sarapan normalnya.
06:13 GT Bakauheni Utara. Akhirnya, di trip kali ini, setiap ada ruas tol, dimasukkin. Sayang tol ini, pada saat saya melakukan perjalanan ini, belum sampai Terbanggi. Di tol ini bus tidak terlalu dipacu cepat seperti di tol Palindra (Palembang – Indralaya), hanya sekitar 70kpj.
06:17 GT Bakauheni Selatan. Uniknya, kendaraan yang mengarah ke Pelabuhan tidak bisa cepat dan harus banyak mainin rem karena turunan, sementara yang dari arah Pelabuhan harus mengeluarkan tenaga yang lebih karena jalanan yang menanjak panjang. Tapi jalanan menanjak ini tidak separah jalanan dulu yang lebih curam dan sering bikin kendaraan besar harus berhenti dan menanjak perlahan.
06:22 Masuk area Pelabuhan Bakauheni. Cukup lama juga pengecekkan sebelum antri di gardu pelabuhan.
06:31 Gardu pembayaran penyebrangan Pelabuhan Bakauheni. Setelah di gardu, masuk dermaga dulu buat laporan sama Dishub. Sungguh membuang waktu.
06:47 Masuk KM Jatra II bersama Sempati Star (7815) 1526 HDD. Kondisi kapal tidak penuh dan dapat kapal yang cukup kecil. Padahal tadi ada kapal yang besar, tapi telat sekian putaran.
07:00 Kapal jalan.
Fasilitas di kapal ini gratis, baik kelas kabin maupun toilet. Hmmmm,,,,, bentar..... Kayanya saya kenal sama interior kelas ini. Kayanya saya pernah naikin kapal ini pas pertama kali naik Lorena, LE 150 (P 203) pada Agustus 2015 lalu. Dulu pas masuk kabin kelas harus bayar 10.000. Sofanya persis sama kaya yang dulu. Waktu di kapal saya habiskan untuk makan nasi goreng yang rasanya lumayan yang seharga 20.000, charge HP, tiduran, dan ke toilet. Ombak sepanjang perjalanan lumayan terasa, apalagi ini bukan kapal besar, tapi gak separah waktu naik KM BRR di Sabang – Aceh beberapa bulan lalu yang bikin pusing dan mual.
10:33 Kapal bersandar. Akhirnya, setelah ngetem di tengah laut dekat pelabuhan sekian jam, bisa berlabuh juga.
10:40 Keluar kapal. Keluarnya cukup gaspol, soalnya ombak lumayan galak, telat dikit bisa gasruk. Tapi Alhamdulillah Pelabuhan masih beroperasi dan bisa bersandar walau total waktu penyebrangan lebih dari 3,5 jam. Masih mending daripada Desember tahun lalu, Pelabuhan ditutup berjam-jam karena ombak yang ekstrim, bahkan kayanya ada kapal yang terombang-ambing di tengah laut karena Pelabuhan ditutup.
10:43 Loket Lorena @Merak. Seperti biasa, wajib mampir.
Sebelum masuk tol, kru beli aksesoris dulu di sebuah toko. Kayanya sih lampu sein tambahan untuk dipasang di samping bus.
11:02 GT Merak.
Di tol, sempat kena hujan, syahdu juga. Pak Rustam juga bawa si 321 ini cukup konstan, maksimal kecepatan di angka 90. Sayang tol yang ruasnya masih dua lajur sering melambat karena banyaknya truk.
11:58 GT Cikupa.
12:09 Exit Tangerang. Saya kira LE 151 akan masuk Cikokol dan lanjut Kali Deres, eh ternyata engga. Keluar Tangerang, trus masuk tol lagi. Jadinya saya pindah titik turun di Rest Area Karang Tengah.
12:18 GT Tangerang 2.
±12:22 Finish Rest Area KM 13 Karang Tengah.

Selesai sudah perjalanan saya kali ini yang sekaligus sebagai trip penutup di 2018. Mudah-mudahan bisa balik ke Pekanbaru naik LE 150 lagi hahahaha.
Overall, agak kecewa karena gak dapat MB 1626 dan waktu tempuh yang lebih lama karena banyaknya perbaikan jalan dan kemacetan serta ombak yang cukup tinggi di Merak. Tapi cukup senang bisa dapat duet pengemudi yang tidak nyantai. B aja sih kayanya trip ini, mungkin karena udah beberapa kali juga ngebis di rute ini.


DETAIL BUS

Bus: Lorena (PT Eka Sari Lorena Transport Tbk)
Kode bus: P 321
Kode jurusan: LE 151 (Pekanbaru – Jambi – Palembang – Jakarta – Bogor)
Tarif: 413.231 (harga normal 490.000)
Nomer kursi: 11
Jumlah kursi: 32
Merk kursi: Aldilla
Sasis: Mercedes Benz OH 1526 NG
Bodi: Skyliner (karoseri Rahayu Santosa)
Fasilitas: AC, audio, toilet, smoking area, rec.seat, bantal, selimut
Waktu tempuh: 43 jam dan 49= menit.


PENILAIAN

+ Kru ramah.

- Gak ada colokan listrik

Itu aja kayanya penilaiannya. Seperti di atas, mungkin karena udah beberapa kali juga ngebis di rute ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar