Tolong hentikan fokus anda pada artikel ini sementara :)
Bagi yang ingin mendapatkan diskon dari redBus silakan masukkan kode refferal redb527qj atau ke http://r.redbus.com/redb527qj-1q6 untuk mendapatkan diskon 80.000 saat mendownload di Android apps mendaftar di redBus. Sekian, Terima Kasih.
Assalamualaikum
wr wb. Kembali lagi di blog saya. Postingan ini adalah postingan lanjutan
mengenai perjalanan saya menuju “Bumi Raflessia”, tepatnya postingan ini adalah
bagian saat saya kembali berangkat dari Bencoolen menuju arah utara. Kota tujuan
selanjutnya adalah Padang. Sebenarnya postingan ini mau di upload pada bulan April kemaren, tapi harus mangkrak/hibernasi sampai akhir Mei.
Padang saya
pilih menjadi kota tujuan selanjutnya karena saya ingin merasakan SAN 2542 SR-2
XHD Prime yang jadi primadona dan satu-satunya sasis tronron yang mengaspal di
Lintas Tengah Sumatera. Tiket saya tebus dengan harga 235.000 dengan nomer
kursi 23 atau 7C. Maklum, go show, sedapetnya aja. Masih untung dapet, daripada
kehabisan dan malah nanti naik PR atau putar balik menuju Pekanbaru.
Sebenarnya sih
saya rencananya mau beli tiket di RedBus, biar murah hehehe. Tapiii, sudah dua
minggu lebih sebelum saya berangkat touring, SAN hilang dari RedBus. Sangat
disayangkan memang. Jadi nambah biaya touring deh. Tapi rapopo lah, touring
harus tetap jalan.
Perjalanan ini
menjadi perjalanan yang cukup spesial bagi saya, karena ada hal-hal pertama
bagi saya. Pertama, ini pertama kalinya saya naik bus berbodi Legacy SR-2 dan
yang XHD Prime pula. Kedua, ini pertama kalinya saya naik sasis MB OC500RF 2542
versi transmisi ZF Ecolife setelah 3x naik 2542 generasi awal yang pakai
transmisi ZF Astronic, udah gitu Jetliner semua pula hahahaha. Hal yang paling
bikin saya penasaran adalah 2542 Ecolife ini. Ada yang bilang 2542 Ecolife ini
bus dengan transmisi bus kota / bus BRT.
Hal spesial lainnya ialah saya akan
melewati jalur Bengkulu – Lubuk Linggau di hari terang. Nampaknya jalur ini
cukup indah untuk di nikmati saat hari terang. Sayangnya, saya harus duduk di
kursi bagian tengah, jadi kurang puas menikmati pemandangan sepanjang
perjalanan. Jadi, bagaimana impresi saya naik 2542 Ecolife di rute ini? Silakan
disimak cerita ini. Semoga terhibur.
Rabu, 6 Maret
2019
13:07 tuas handbrake diangkat dan pedal gas mulai
diinjak, sementara roda mulai berputar yang membuat bus ini berjalan keluar
dari rumahnya di Rawa Makmur atau jalan MT Haryono, kota Bengkulu. Tidak jauh
dari pool SAN, ada loket PR dan nampak satu armada yang stay, yaitu bus
bermesin depan. VVADOOOO..... Hino AK.......
13:12 menaikkan penumpang di loket Pasar Minggu. Gila
juga ini. Ini jalanan cukup ramai dan jalannya juga tidak lebar alias sempit.
Bisa-bisanya kendaraan 13,5 meter masuk dan berhenti sejenak di sini. Akamsi
mah bebas lah.
13:47 melewati kantor Bupati Bengkulu Tengah
Yak, impresi awal dari transmisi Ecolife
dari ZF yang ditanamkan di sasis 2542 ini mulai saya rasakan dan saya sudah
bisa nilai. Impresi awalnya ialah luar biasa halus. Perpindahan gigi atau
percepatan di 2542 Ecolife ini sangatlah halus, bahkan suara perpindahannya
hanya samar-samar atau gak jelas. Udah kaya pure matic aja gitu. Berbeda dengan
Scania Opticeuise yang perpindahan giginya cukup terdengar, terutama di Scania
7 speed milik K360 (versi Opticruise). Lalu bagaimana penilaian selanjutnya? Apakah
impresi awal ini menjadi impresi final saya mengenai 2542 Ecolife ini? Simak
terus ceritanya.
14:25 kres SAN Golden Dragon. Uwawww,,,,, sepertinya ini
bus dari pulau Jawa, baru sampe sini yah.
14:37 masuk Kabupaten Kepahiang.
Jalanan setelah masuk kabupatan Kepahiang ini cukup ekstrim, jalannya naik turun + berkelok + sempit, mayoritas sih jalannan menanjak. Bayangin,,,,,eh gak usah bayangin deh, liat aja videonya di YouTube, banyak kok. Pokoknya di jalur kaya gini, bus, apalagi 2542 ini, bakalan sering bunyiin klakson buat kasih tanda ke kendaraan di arah berlawanan. Gak sekali dua kali juga bus sampai harus berhenti buat bergantian pada saat belok. Gak sekali dua kali juga lewat belokan tajam. Sebenarnya saya sudah ada impresi selanjutnya mengenai 2542 Ecolife ini, tapi saya tahan dulu sampai keluar dari jalur eksotis nan ekstrim ini.
14:57 Loket Kepahiang
16:01
– 16:16 terminal Nangka, Curup.
Terminal yang,,,,sepi-sepi ajah. Seperti yang sudah diketahui, penjual gorengan
di sini cukup menjadi primadona bagi penumpang. Lumayan buat ganjal perut. Saya
juga beli gorengan 5000 (isi 5) buat ganjal perut dan langsung habis sebelum
bus kembali jalan hahahaha.
Selepas terminal Nangka, hujan turun dan
diikuti dengan datangnya kabut. Adanya kabut, pertanda daerah ini berada di
dataran tinggi. Benar saja, sepanjang jalan banyak kebun sayur. Sepertinya
kabupaten ini jadi pemasok sayur-mayur bagi wilayah Bengkulu – Lubuk Linggai
dan sekitarnya. Segar mata kalo liat beginian. Udah muak liat macetnya
perkotaan.
17:37 kres Putra Raflessia Skyliner 1626 hijau.
Wadohhhh,,,,,ini lagi baru mashokkk.
17:51 masuk Lubuk Linggau.
18:05
– 18:11 Loket SAN Lubuk
Linggau
18:19
– 19:02 RM Simpang Raya, Lubuk
Linggau. Masuk RM langsung menunaikan kewajiban dulu, abis itu makan. Saya makan
pakai nasi goreng dengan isian telur eye cow. Rasanya? Hambar cok! Njir, gak
nikmat amat makan kali ini. Telornya sih masih mending ada garamnya sedikit.
Husnudzon aja, mungkin saya disuruh diet hahahaha.
Lubuk Linggau ini ada jalan lurus
sepanjang sekian kilometer hehehe. Bahkan, mayoritas jalan sampai Sumbar
jalannya banyak yang lurus. Setelah melalui jalan lurus yang panjang, bahkan
sampai top speed 100+ kpj di Ulysse Speedometer, saya sudah bisa menyimpulkan
mengenai 2542 Ecolife ini.
Transmisi Ecolife dari ZF yang ditanam
di dalam 2542 memang cocok, bahkan sangat cocok dan mantap,,,,,,,,, di jalan
lurus. Perpindahan gigi halus sekali. Namun sayang, saat menemui jalan
menanjak, sepertinya kurang cocok. Mungkin perasaan saya aja kali ya, terutama
saya ini awam mengenai hal teknis di dunia otomotif. Tapi saya merasakannya ya
begitu. Ecolife ini kurang bertenaga saat jalan menanjak, maksudnya saat mulai
menanjak mulai dari kecepatan rendah, kaya akselerasi gitu lah. Kaya terasa
lamanya.
Hal baik dari Ecolife ini memang
transmisi yang halus dan sangat cocok di jalan lurus. Pernah nonton video mas
Andriawan Pratikto di YouTube? Yang suara 2542 (Ecolife) Lorena seperti suara
jet? (https://www.youtube.com/watch?v=gXQk2FaeqW4) Suaranya sama seperti yang saya naiki, hanya saja suaranya halus atau
nyaris tidak terdengar. Dannnn,,,,, di kecepatan 100+ kpj, 2542 dengan bodi
SR-2 XHD Prime ini sangat stabil. Wow, luar biasa impresif. Padahal pas naik
K310, di 100+ kpj, sudah agak terasa melayang. Mungkin juga itu karena posisi
duduk saya atas roda.
20:50 Pasar Singkut
21:04 Polres Sarolangun
21:20 Terminal Sri Bulan, Sarolangun
22:14 Terminal Pulau Tujuh, Bangko bersama ALS Jetbus MB
1626
22:33 kres SAN 2542 dan NPM
Saya sebenarnya bosan di perjalanan ini.
Mengapa? Karena duduk di tengah, gak bisa liat jalanan. Udah gitu saya melek
terus pula karena abis minum kopi. Parahnya lagi, kalo mau tidur, leher dan
kepala sakit. Parahnya juga, kursi AMG yang awalnya saya kira Aldilla, karena
dari depan mirip Aldilla, tidak lebar. Jadi gak nyaman aja gitu. Mending kursi
lebar, tapi lorong sempit. Toh waktu di dalam bus juga banyak dihabiskan untuk
duduk, bukan mondar-mandir di lorong bus.
23:43 jalan dari terminal Muaro Bungo
Kamis, 7 Maret
2019
01:25
– 02:05 RM Umega, Gunung Medan
bersama SAN Bisnis AC Bukit Tinggi. Di sini saya menunaikan kewajiban dan
makan. Gak makan berat, tapi makan Pop Mie aja buat ganjal perut.
Setelah jalan dari RM dan SPBU. Saya
baru teringat mengenai entertainment di bus ini yang diusung oleh MSI Funtoro.
Saya kira mah AVOD gitu, tapi kok gak ada. Saya Cuma liat antena router di atap
bus ini yang berjumlah dua buah. Saya kira WiFi, saya coba aja sambungin ke hp
saya. Eh ternyata ada. Saya kira internet beneran. Taunya ini entertainment MSI
Funtoro itu toh. Kaya AVOD tapi hiburannya di smartphone sendiri (dihubungkan
melalui jaringan nirkabel) tapi tanpa layar di belakang kursi. Mirip kaya yang
ada di HarJay Double Decker lah. Pilihan hiburan (film, lagu, dll) juga lumayan
lah buat menghibur.
Sialnya, hal ini baru saya sadari
setelah masuk Sumbar dan baterai low. Kenapa gak pas di Lubuk Linggau tadi aja
coba. Selain itu, hp saya yang low battery juga malah saya malas ngecharge. USB
portnya ada di dinding, dekat penumpang sebelah. Gak mantap buat penumpang di
lorong kaya saya. Tapi memang USB port ini sangat membantu loh.
02:22 Overtake SAN Bukittinggi
02:51 Simpang Kiliran Jao
04:11 Polsek Muaro Kalaban & Simpang Sawahlunto
Selepas ini, saya banyak tidur. Wilayah
Sitinjau Laut pun saya sekali dua kali aja terbuka mata, itu pun langsung merem
lagi.
05:36 turunan Panorama 1, Sitinjau Laut
06:24 akhirnya saya turun di Simpang Masjid Raya Sumatera
Barat.
Selesai sudah perjalanan saya bersama
SAN Legacy SR-2 XHD Prime 2542 Ecolife. Banyak hal baru yang saya dapat dari
perjalanan kali ini. Perjalanan saya selanjutnya adalah langsung balik menuju
Pekanbaru. Bagaimana perjalanan selanjutnya? Simak terus.
DETAIL BUS
Bus: Siliwangi
Antar Nusa (PT SAN Putra Sejahtera)
Nomer plat bus:
BD 7088 AU
Kelas: Executive
Jurusan:
Bengkulu – Padang
Tarif: 235.000
Nomer kursi: 23
(7C)
Jumlah kursi: 53
Merk kursi: AMG
Sasis: Mercedes
Benz OC500RF 2542 Ecolife (ZF Ecolife Transmission)
Bodi: Legacy
SR-2 XHD Prime (karoseri Laksana)
Fasilitas: AC,
TV, audio, personal entertainment, toilet, rec.seat, foot rest, bantal,
selimut, USB charger.
Waktu tempuh: 17 jam dan 17 menit.
PENILAIAN
+ Transmisi ZF Ecolife perpindahan
giginya sangat halus
+ Personal entertainment dari MSI
Funtoro memang membantu untuk mengusir kebosanan. Lebih private, dan juga irit
dari segi ekonomis bagi perusahaan (SAN)
- Kursi sempit, tidak lebar. Jadi kurang
nyaman.
- Lubang louvre AC ternyata sudah banyak
yang hilang separuh. Sangat sayang memang, mengingat usia bus ini yang masih
muda.
PADANG – PEKANBARU
Setibanya di
Padang, saya langsung menuju Masjid Raya Sumatera Barat untuk,,,,,,, mandi
hahahaha. Saya menuju kamar mandinya buat bersih-bersih badan. Lumayanlah
seger. Gak lupa juga putu-putu ini Masjid dengan keunikkannya serta pemandangan
di sekitar Masjid. Setelah itu saya ke seberang, tepatnya ke WiFi id Corner
atau Taman Digital buat wipian.
Emang dasar kere
bin pelit bin missqueen, mau WiFi-an aja nyari ID sama password WiFi ID di grup
FB biar kaga bayar. GAK MODAL!!! Hahahaha. Gak berhasil dapat, sempet pengen
beli vouchernya aja di LinkAja (dulu T Cash), eh tapi ada WiFi yang terbuka
nih. Ternyaa WiFi dengan nama BAPPEDA SUMBAR gak pake password. Ini jaringan
asalnya dari mana coba. Mana cepet juga lagi. Mayan lah WiFi gratis, chager hp
gratis. Benar-benar mental masyarakat negara +62. Hahahahaha.
Habis WiFian,
coba cari sarapan yang dekat pun gak ada, akhirnya saya ke WC Masjid (bukan
Masjid Raya) buat setoran atau melaksanakan ritual pagi. You know lah. Abis itu
nge-Go Jek ke Ambacang atau By Pass, tepatnya ke loket Epa Star, tepatnya lagi
ke loket Putra Pelangi yang jadi satu sama loket Epa.
Setibanya di
sana, langsung beli tiket ke Pekanbaru. Harganya 150.000 tapi saya nego dengan
harga deal di 130.000. Kebetulan juga yang akan jalan itu 1626 Jetbus HD tanpa
topi. Duhhh mantul. Sesuai harapan. Nostalgia sama 1626, udah gitu Jetbus HD
pula. Jadi nostalgia pas naik Rosalia Indah NL 399 dan 397 (Bitung – Blitar)
pas masih bodi Jetbus HD livery bulan sabit. Abis beli tiket, makan ketupat
sayur dulu di lapau/kedai di sebelah loket. Mayan lah, 8000 udah plus gorengan
bakwan 2. Pengen bungkus tuh bakwan tapi mager, padahal bikin ngiler juga tuh
bakwan.
Sebelum
berangkat, saya mendapatkan satu hal yang membuat saya harus mengakhiri
perjalanan naik PPP nanti di Bukit Tinggi saja, gak sampai Pekanbaru. Mengenai
tiket, biarlah saja. Kalo kata Ibu saya, itung-itung beramal.
Kamis, 7 Maret
2019
10:07 setelah menunggu satu jam lebih, padahal katanya
jalan jam 9. Akhirnya berangkat juga dari By Pass Padang.
11:00 melewati Pasar Mudik, Lubuk Alung
11:17 melewati Pasar Sicincin. Di sini kalo gak salah
sudah terkena macet. Gak tau kenapa. Masa iya jembatan yang dulu putus, sampe
sekarang belom beroperasi normal 100%.
12:37
– 12:46 SPBU Kayu Tanam.
Bangun tidur udah di sini aja. Melipir ke WC dulu lah. Bangun tidur malah
terasa lapar. Jadi nyesel gak bungkus bakwan di loket tadi.
12:53 melewati Air Terjun Lembah Anai
13:01 masuk Padang Panjang
13:14 masuk Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang. Gak
ada penumpang naik, abis masuk, keluar lagi. Gak lama keluar terminal, kres
denga Putra Pelangi BL 7504 AA (Jetbus HD 1626)
13:31 melewati Pasar Koto Baru. Untung ini pasar lagi
waktunya libur, jadi gak macet. Kalo lagi hari pasar mah beuhhhhh makan banyak
waktu di sini.
13:44 melewati Pasar Padang Luar. Untung gak terlalu
macet di sini. Ketemu ALS 1521 SR-2 HD Prime juga.
13:55 akhirnya finish Terminal Aur Kuning, Bukittinggi.
Jadi, bagaimana
kepulangan saya ke Pekanbaru? Ya, saya naik bis lagi, 11:12 lah saya yang
kemaren. Tapi saya gak buat catatan waktunya. Malas, dan ini pertama kalinya
sejak pertama kali ngeblog di 2014, saya naik bus tanpa mencatat waktu
perjalanan. Memang sebuah dedikasi, dedikasi yang unfaedah hahahaha. Maksudnya
unfaedah itu kaga ada hasilnya alias kaga ada duitnya. Lah saya naik bus selama
ini gak pernah untung, malah ngeluarin duit mulu hehehe.
Hari Sabtu, 9
Maret 2019 saya kembali ke Pekanbaru. Tapi saya gak beli tiket, saya gunakan
cara “ilegal”, hmmm,,,,,,, jadi menelan ludah sendiri karena saya pernah benci
sama orang yang syarkawian. Entah males aja gitu beli tiketnya di loket
walaupun jarak dekat.
Armada yang saya
akan naiki ialah armada yang duluan lewat di Simpang Pasar Biaro. Siapa cepat,
dia saya naiki. Saya sempat telepon ke orang loket Putra Pelangi di terminal
Aur Kuning. Ternyata PPP gak jalan hari itu, akhirnya saya dinaikin Sempati Star.
Hmmmm,,,,, penasaran saya dapat armada yang kaya gimana.
Sekitar jam 2
siang lewat, Sempati Star 1626 Jetbus HD datang. Saya langsung naik. Wah 1626
Jetbus HD lagi. Mantul. Masalah datang, ternyata SS gak masuk Pekanbaru, tapi
nanti belok di Bangkinang lewat Petapahan dan masuk Lintas Timur di Kandis. Wah
mas alahhhh. Akhirnya saya putuskan turun di Bangkinang dan nantinya lanjut
travel yang gak jelas masih ada apa engga jam 7-8 malam nanti di Bangkinang.
Ongkos yang saya harus bayar tadinya 120.000, karena sampe Bangkinang aja, jadi
70.000. Sepertinya ini harga loket,, bukan harga asli syarkawi. Entahlah.
Mengenai bus
ini. Bodi masih cukup kokoh walau sudah jelek interiornya. Jumlah kursi gak tau
berapa pasti, tapi 8 baris. Sayang leg room sempit karena kursi yang jumbo. Ada
plus minus sih. Plusnya, kursi nyaman dan lebar, mantap. Minusnya yaaa leg room
sempit. Dan ini gak ada bantal, lebih parah dari PPP kemaren. Yahh walaupun PPP
gak semua kursi ada bantal. Saya kira mah ini SS 1626 masih pakai kursi yang
mirip kaya di PPP 1626 ukurannya, ternyata sama kaya armada SS lain pakai
Aldilla tebal.
Sekitar baru
masuk Ashar (jam 15:30 lewat), bus masuk rumah makan di kabuparen Lima Puluh.
Rumah makan ini juga jadi persinggahan PPP dan NPM. Saya di sini menunaikan
kewajiban dan makan. Makan pakai nasi soto seharga 15.000. Rasa? Standar amat
lah, yang penting lapar hilang.
Jalur Padang –
Bukit Tinggi – Lima Puluh – Kampar merupakan jalur yang indah untuk dilihar dan
dinikmati. Ada lembah-lebah dengan tebing berwarna hitam, bukit-bukit,
persawahan, Kelok 9 yang fenomenal, Ulu Kasok (di Riau), dan beberapa jalan
berada di pinggir sungai. Kerenlah pokoknya. Di jalur begini mah jangan tidur,
apalagi kalo baru pertama kali. Jalurnya juga cukup ekstrim, mirip kaya jalur
yang saya lewati di perjalanan sebelumnya di touring ini.
Sebelum masuk
Bangkinang, mampir dulu di Masjid, memberi kesempatan untuk penumpang buat
Sholat Maghrib berjamaah. Goks! Baru kali ini saya naik bus seumur hidup, kru
mau berhenti pas waktu Maghrib. Biasanya mah bakal dijamak. Sebelum masuk
Bangkinang juga kru kasih tau kalo bus akan masuk dan aatu lewat Pekanbaru,
jadi saya aman lah perjalanan ini. Saya juga nambang ongkok 50.000. Sip lah.
Sekitar jam
21:06 saya turun bus, turun sebelum simpang jalan Melati – Garuda Sakti. Saya
kira bus ini akan lewat jalan Soebrantas dan Tabek Gadang, eh ternyata engga.
Saya kira juga bakal masuk jalan Melati dan masuk jalan Naga Sakti melewati
Stadion Utama Riau, eh engga juga. Akhirnya turun di simpang Melati aja lah.
Waktu tempuh 7
jam kurang. Normal lah buat bus. Saya aja kalo naik travel sekitar 6 jam
(BKT-PKU). Itu travel loh yang jalannya ngebut dan mosak-masik. Tapi ini kan
bus, gak bisa mosak-masik semudah mobil travel.
Usai sudah
perjalanan saya menuju Bumi Raflessia sekaligus Ranah Minang, bahkan sampai ada
hal tak terduga sampai menambah hari perjalanan. Sungguh perjalanan luar biasa
dengan pemandangan jalan yang luar biasa. Ini adalah rute yang indah, kalo
dilewati saat hari terang.
Terima kasih telah
menikmati catatan perjalanan / touring kali ini. Sampai jumpa di catatan
perjalanan berikutnya.
Kira-kira berikutnya naik apa ya???
Apakan LE 151 lagi hahahaha? Simak saja beberapa bulan ke depan.
DETAIL BUS
Bus: Putra
Pelangi (PT Putra Pelangi Perkasa)
Nomer plat bus:
BL 7524 AA
Kelas: Executive
Jurusan: Padang
– Pekanbaru – Medan
Tarif: 130.000
Nomer kursi: 16
(4D)
Jumlah kursi: 32
+ 3
Merk kursi:
Aldilla
Sasis: Mercedes
Benz OH 1626
Bodi: Jetbus HD
(karoseri Adi Putro)
Fasilitas: AC,
TV, audio, toilet, rec.seat, leg rest bantal, selimut, sekat belakang / smoking area
Waktu tempuh: 3 jam dan 48 menit.
PENILAIAN
Kayanya gak perlu ada penilaian lah ya,
cuma trip jarak dekat kok. Pokoknya standar aja lah.