Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat datang kembali.
Sudah
lama tidak posting catatan perjalanan ya. Postingan ini merupakan lanjutan perjalanan
dari touring online pada postingan sebelumnya yang telah tertunda
berbulan-bulan. Sebelumnya, saya melakukan perjalanan dari Jakarta menuju
Surabaya dengan Harapan Jaya Avante D2. Pada postingan ini, saya melanjutkan
perjalanan menuju salah satu pulau di Indonesia yang sudah terkenal di seluruh
dunia. Yap, Bali.
Bali
kembali menjadi tujuan perjalanan saya karena masih belum puas dengan bus
Denpasar-an. Bali juga terkenal menjadi destinasi favorit para pecinta bus
untuk touring. Perjalanan menuju dan dari Bali memang sulit bagi saya yang
jarang mempunyai kesempatan untuk ke sini. Banyak PO serta armada yang menjadi
incaran saya, sementara hanya 2 bus yang bisa saya naiki di perjalanan ini.
Berhubung ini touring online sehingga mewajibkan saya naik bus dengan pembelian
tiket secara daring dan juga wajib diskon biar biaya perjalanan jadi hemat.
Pilihan
busnya? Awalnya saya berniat naik M Trans dari Tulungagung, tapi karena jejak
pembelian tiket via RedBus di Facebook, YouTube, atau media lainnya sangat
sedikit, jadinya harus batal. Batal naik M Trans diperkuat karena servis
makannya bukan di RM Bali II. Entah kenapa saya termakan rayuan review servis
makan di Bali II. Pilihan utama kalo mau makan di sana yaaa....Setiawan.
Sempat
terlintas juga buat naik Wisata Komodo atau Restu Mulya dari Solo. Eh tapi
takut gak nyandak waktunya dan mereka servis makannya di Caruban atau Ngawi.
Naik Bejeu? Hhmmmm.....Scania K410, bisa sih beli online tapi gak ada diskon.
Sebenermya naik dari Solo atau Kudus bisa sampai Denpasar udah terang. Jadi,
gak perlu buang waktu lama di Bali karena kali ini saya tek-tok, gak pakai
bermalam.
Pada akhirnya, saya fix naik Setiawan dari Malang meskipun
sempet terpincut juga buat naik Medali Mas. Dua-duanya punya jejak tiket RedBus
di Facebook, tapi Medali Mas kelasnya VIP atau Patas 40 seat. Yaaaa naik
Setiawan aja lah, spesial juga bus ini kayanya. Dari Surabaya ke Malang saya
muter sedikit ke Kediri.
Senin,
2 Maret 2020
Ya, benar Maret 2020 ya. Soalnya ini lanjutan
perjalanan saya yang catatan perjalanannya hibernasi hampir setahun. Maret 2020
juga Indonesia sudah diinvasi virus Covid-19 terutama bali, tetapi awal Maret
belom ada PSBB atau sejenis lockdown ya. Protokol kesehatan pun belum
diterapkan karena Indonesia masih santuy sama Kopit-19. Langsung aja ya.
06:47 Masuk ke dalam kabin Harapan Jaya Patas via Tol. Sayangnya,
armada Patas yang tersedia di shelter saat itu hanya Hino AK, tidak ada MB 1626
atau MB 1623 RF. Yaaa naik yang ada aja lah. Depan sama belakang sama aja
armadanya, jadi naik yang depan aja.
06:49 Mulai jalan dari shelter. Saya duduk di sebelah kiri karena leg roomnya lebih lega dari sebelah kanan.
06:52 Keluar terminal Purabaya setelah cari-cari penumpang di
pintu keluar. Penumpang saat itu sepi. Keluar terminal sedikit tersendat karena
kepadatan aktivitas pagi alias jam berangkat kerja.
07:00 GT Warugunung. Yap, tetap masuk tol biarpun sepi.
Padahal kalo gak masuk tol juga gak apa-apa buat saya karena saya gak ngejar
waktu. Tapiii itung-itung bisa menikmati pemandangan sekitar tol Sumo.
Sepanjang tol, Hino AK ini meraung membelah sepinya tol Sumo di pagi hari.
Kecepatan pun rasanya dibuat konstan di sekitar 90-100 kpj.
07:43 Keluar di GT Bandar.
07:50 Braan. Biasa, rehat sejenak. Ini lokasi juga bisa jadi
tempat transit karena pertemuan jalur Nganjuk-Solo, Kediri, dan
Jombang-Surabaya.
08:03 Papar. Kalo udah masuk Kediri ini, udah mulai bisa melihat Gudang Garam di mana-mana, mulai di pot tanaman, warung, sampai truk. Nah, Kediri ini bisa jadi tempat untuk menikmati kerennya truk-truk GG berlogo Demokrat eh Mercedes. Gak sepet mata ngeliat truk Hino sama Mitsubishi mulu.
08:35 Finish terminal Tamanan, Kediri.
DETAIL BUS
Bus: Harapan Jaya (PT Harapan Jaya Prima)
Jurusan: Surabaya – Tulungagung (via Tol)
Tarif: 50.000
Nomer kursi: 1A
Jumlah kursi: 45
Merk kursi: Aldilla
Sasis: Hino AK
Bodi: Max dengan kaca Double (karoseri Tentrem)
Fasilitas: AC, TV, audio, reclining seat.
Waktu tempuh: 1 jam
dan 46 menit
Tiba
di Tamanan, saya makan soto lagi di sini buat isi asupan untuk perjalanan
selanjutnya. Etape selanjutnya agak membingungkan. Pilihannya antara lewat Pare
– Kandangan atau Blitar – Kepanjen. Kalo lewat Pare sih udah pernah lebih dari
5 tahun lalu saat menuju dan dari Kampung Inggris. Pada akhirnya sih ke Blitar
aja naik Kawan Kita karena belom pernah ke Blitar. Tau gitu naik Patas ke
Tulungagung aja ya tadi hahaha.
09:18 Kawan Kita dari Nganjuk masuk shelter. Kayanya KK ini
ngetem kalo arah ke Blitar aja ya. Hmmm apa iya ya...??? Situasi terminal saat
itu tidak ramai karena bukan jam ramai.
09:23 Bus non-AC yanh sudah tidak lagi muda ini mulai diberangkatkan menuju kota yang terkenal dan berkaitan dengan Bung Karno. Saya memilih duduk di dekat pintu tengah biar kena sepoi-sepoi angin perjalanan. Tarif Kediri menuju Blitar sebesar 13.000.
09:36 Ngetem dulu setelah alun-alun. Ngetem juga buat suhu
badan jadi menghangat dan melengket hahahaha.
10:01 Melewati Taman Ngadiluwih.
10:21 Pasar Ngantru, Tulungagung. Sudah masuk TA aja.
Sepanjang jalan saya melek terus untuk melihat situasi sepanjang jalan yang
belom pernah saya lalui. Pernah sih, sampe Tulungasung aja tapi, itu pun udah
lama banget, sebelum era Jetbus kayanya.
10:57 Melewati masjid Jami Al-A'la, Sanankulon, Blitar.
Sepertinya
tidak banyak cerita di sini karena sudah mulai lupa dan saya lebih menikmati perjalanan.
Seingat saya ya bus sempat dipacu cukup kencang diikuti dengan bunyi klakson
berkali-kali untuk memperingatkan pengendara lain. Udah kaya Sugeng aja hahaha.
Okupansi penumpang sepanjang jalan sih cukup lah, gak sepi. Lumayan juga yah,
ramai juga penumpang di jalur Kediri – Blitar via Srengat ini meskipun banyak
yang jarak dekat.
11:00 Memasuki Kota Blitar
11:13 Finish Terminal Patria, Blitar.
Turun di terminal auto bingung mau ngapain. Ujung-ujungnya sih naik bus ke Malang karena ga tau mau ngapain. Kebetulan ada Bagong dengan bus terbaru sudah beranjak dan saya naik di pintu keluar terminal. Oh iya, pas di terminal ketemu Rosalia Indah Exe Plus SHD dan Harapan Jaya yang keduanya menggunakan sasis Scania K360. Wah head to head nih. Kalo saya disuruh pilih sih ya pilih HarJay lah. Ada Rosin Exe+ SHD Hino RK juga sih, entah tujuan mana.
11:25 Kembali melanjutkan perjalanan bersama bus Bagong. Okupansi
penumpang saat saya naik sekitar separuh kurang, lumayan lah.
Berhubung
ini busnya baru, jadi enak dilihat bagian luar dan dalamnya. Untuk jok, Bagong
pakai Rimba Kencana kayanya kalo lihat dari bentukannya. Leg room nya standar
khas bus seperti ini lah. Selain adem, ada bagasi di atas sama TV juga di
bagian depan, jadi gak membosankan lah sepanjang perjalanan. Tarif Blitar –
Malang senilai 25.000.
12:27 Terminal Kesamben.
Sepanjang jalan atau jalur Blitar – Malang ini jalannya memang gak terlalu lebar tapi pemandangannya cukup menyegarkan mata dan pikiran, terlebih saya baru pertama kali lewat jalur ini. Mata selalu on, yaaa gak selalu melek sih karena sesekali tertidur karena lelah. Pemandangan paling bagus sih yaa Waduk Karangkates meskipun cuma keliatan sedikit.
12:48 Memasuki Kabupaten Malang
13:55 Melewati Terminal Gadang, Malang. Gak masuk ya, lewat di
depannya aja.
Memasuki
kota Malang, kondisi lalu lintas mulai ramai dan saya menapakkan jejak kembali
di kota Malang setelah 5 tahun lebih. Ada sesi nostalgia juga nantinya, bukan
di postingan ini.
14:27 Akhirnya finish di terminal Arjosari Malang.
Tiba
di kota Malang atau tepatnya di terminal Arjosari dengan kondisi gerimis atau
hujan ringan. Jam keberangkatan juga masih lama, lebih dari 2 jam. Jadiii yaaaa
ngalor ngidul aja di sini sembari istirahat, bersih-bersih, dan isi perut. Sempat
ke loket Setiawan juga, eh ternyata kata petugas / agen Rosalia Indah kalo
Setiawan langsung lapor / check in di dekat busnya, ada petugasnya nanti di
sana. Sip lah, emang beda Denpasar-an mah.
Arjosari
ini terminal besar dan ramai ya setiap waktu, tapi saying kurang dimaksimalkan.
Bagian atas atau lantai dua yang sekiranya jadi tempat tunggu penumpang jadi
useless atau gak guna, jalan menuju bawah pun terlalu jauh. Arjosari kalo mau
diperbaiki infrastruktur dan manajemennya sih bakalan keren. Jadi, terminal
Malang ini gak cuma jadi tempat sekedar lewat atau napak jejak alas kaki aja.
Mengenai
Setiawan ini. Tadinya saya mau naik dari Kediri dan beli di Traveloka, tapi
karena kalo gak salah yang Kediri ini lewat Ngajuk – Jombang, yaaa ga jadi lah.
Setiawan dari Malang yang saya naiki ini saya beli tiketnya di RedBus sebesar
148.000 setelah diskon dan RedBus Wallet. Kalo harga di RedBus tanpa potongan
sih 185.000 dan harga normal di agen 170.000 kayanya. Kursi yang saya dapat
nomer 6 atau 2B. Pas cocok seatnya, gak di atas ban langsung dan masih bisa
liat ke depan secara luas.
16:15 Dalam rentang beberapa menit, Arjosari mulai kedatangan Lorena LE 112 (dari Lampung nih baru sampai), M Trans Avante H8 “Fransiska” (duh kalo jadinya naik MTrans, bisa dapet armada terbaru nih), dan Nusantara HS 266 Black Pearl. Udah masuk aja tuh Nu3, padahal masih lama berangkatnya.
Kondisi terminal saat itu diguyur hujan lebat sejak jam 15:30. Bangunan terminal terutama bagian peron keberangkatan yang terbuka lebar dan terutama lagi bagian pemberangkatan bus Setiawan, Malang Indah, dan M Trans membuat penumpang terkena rintik-rintik air. Di peron ini juga tidak disediakan kursi untuk duduk. Bahkan air sempat menggenangi peron sampai mata kaki. Sayang sekali memang terminal yang ramai ini harus dibuat dengan design yang memurut saya kurang tepat terutama saat hujan dam kekurangan fasilitas kursi.
16:49 Akhirnya bus yang saya akan naiki tiba, yaitu Setiawan
AG 7195 UA yang entah pake bodi dari karoseri mana, mungkin Piala Mas.
Saya sempat deg-degan juga soalnya masih ga jelas nasib saya oleh petugas tiket di lapangan hingga bus tiba. Setelah bus tiba dan cek manifest serta saya melakukan konfirmasi, akhirnya saya bisa naik dan duduk. Inilah kekurangan kalo beli tiket secara online, was was.
17:06 Bus mulai diberangkatkan menuju pulau Bali.
17:18 Melewati karoseri Adi Putro dan ada bus Tunggal Jaya
yang rilis.
17:24 Masuk tol di GT Singosari.
Melakukan
perjalanan dengan kondisi luar yang sedang hujan memang syahdu, sayangnya agak
kurang karena kondisi dalam bus terasa agak pengap karena AC kurang atau
mungkin belum dingin seperti standarnya. Okupansi juga penuh meskipun ini hari
biasa.
17:58 Interchange yang memisakan tol yang mengarah ke Malang,
Surabaya, dan Pasuruan – Probolinggo. Kita ambil yang ke Pasuruan yes.
17:59 Disalip Gunung Harta GHTS-043, armada terbaru GH dengan
Scania K360 berbodi Jetbus 3+ SHD Facelift, bukan yang Voyager ya.
18:14 Disalip lagi oleh Menggala Avante Yutong.
Disalip
terus? Iyalah, Hino gitu loh hahaha. Auto kalem saat hujan. Tapi asyik juga
sih. Bus dipacu konstan di kecepatan 80 kpj. Suspensinya juga mengejutkan,
nyaman dan gak berisik. Wah, tumben banget nih naik Hino RK tapi bisa syahdu
dan nyaman.
18:55 Keluar di GT Probolinggo Timur. Inilah titik paling
ujung Tol Trans Jawa di bagian Timur, yaaaa setidaknya untuk beberapa tahun ke
depan, mungkin sampai 2025.
19:32 Overtake Menggala Avante Yutong. Nah ke salip dia di
sini, padahal sempet kabur di tol. Saat salip Menggala ini memang mantap,
kecepatan lumayan cepat dan diikuti oleh kedipan lampu sein di kedua bus.
Lebih-lebih lagi ini jalan biasa atau bukan tol, jadi lebih asyik kalo
salip-menyalip. Bosen juga sama tol hahaha meskipun cepat waktu tempuhnya.
19:41 Melewati Polres Probolinggo.
19:46 Alun-alun Kraksaan
20:32
Alun-alun Besuki. Karena saya
cukup lelah, jadi saya sempat tidur ayam sepanjang jalan.
20:41 - 21:11 RM Bali 2. Yap, bangun-bangun sudah mau parkir di Bali 2. Ramai juga di sini karena sedang ada rombongan dengan beberapa bus Pariwisata.
Saya langsung ke meja prasmanan setibanya di Bali 2. Saya dan beberapa penumpang sempat kebingungan meja prasmanan mana untuk penumpang Setiawan karena petugas rumah makan cukup sibuk dengan kedatangan bus-bus Pariwisata dan AKAP. Menu makan kali itu cukup sederhana dan tidak seperti ekspektasi saya. Ada nasi hangat, tahu tempe berkuah yang hambar, ayam free flow yang standar, sambal terasi yang enak dan membantu selera makan, kerupuk yang masih renyah, dan teh manis hangat. Yaaaa ternyata sih biasa aja ya. Tapi karena lapar yaaa sikat aja lah. Habis makan, menunaikan kewajiban.
Selepas
rumah makan, penumpang dibagikan sebotol teh Javana rasa gula batu. Lumayan
lah. Oh iya, sebelumnya snack juga dibagikan setelah keluar Arjosari. Kalo yang
berangkat dari Ponorogo hingga TA atau Blitar (kayanya) mungkin dapat nasi
kotak juga kali yah.
21:46 Tugu 1000 KM Anyer – Panarukan.
Menyusuri
jalan pinggir laut atau tidak lama setelah keluar RM Bali 2, bus dipacu
kencang. Yak, gak butuh waktu lama untuk kembali cepat, tidak seperti Lorena
yang memberikan waktu untuk turunin makan dulu. Cara mengemudi dan perpindahan
gigi dari pengemudi sangat halus. Bus pun dipacu di atas 60 kpj bahkan 80an.
Lumayan sedap-sedap juga bawanya, kebetulan jalan cukup sepi juga, jadi enak
dipacunya. Keenakkan dengan pembawaan pengemudi, saya tertidur sebentar.
23:39 Loket Pelabuhan Ketapang. Yak, bangun-bangun udah masuk
area pelabuhan.
23:48 Jalan mundur masuk KMP Trisakti Adinda bersama GHTS-043 dan
langsung jalan. Eh ujug-ujugnya ketemu si 043 juga, padahal ngacir tuh si tol.
Selasa,
3 Maret 2020 (WITA +1 jam)
Selama
pelayaran, penumpang diperbolehkan untuk tetap berada di dalam bus, beda dengan
pelayaran di Selat Sunda, tetapi mesin bus tetap dimatikan. Berhubung pelayaran
ini tidak sampai 1 jam, saya jadimya muter-muter kapal yang kecil ini aja. Tengok-tengok
sedikit ke arah GHTS-043, ternyata baris kiri (pintu depan sampai pintu
belakang) cuma ada 7 bari. Wow! Auto selonjor tuh, mana pake seat yang model
baru yang lebar lagi. Padahal unit K360 yang lama yang sekarang rollingan konfigurasinya
8 baris kiri. Aduh, jadi nyesel di touring online ini gak naik GH Malang – Bali
hahahaha.
01:39 Keluar kapal.
01:45 Keluar pelabuhan Gilimanuk.
Keluar
pelabuhan situasi sekitar jalan ini
masih ramai, mulai sepinya ya pas SPBU Gilimanuk tempat isi solarnya GH. Karena
malam dan gelap, tidur aja lah meskipun kurang mantap karena leg restnya turun
mulu kalo disandarin kaki.
04:18 Masuk ke sebuah SPBU, tapi gak isi Solar, mungkin habis
atau entah kenapa. Ada MTrans Avante H8 juga lagi isi Solar.
04:23 Mengwi. Alhamdulillah sekarang udah gak wajib turun
terminal, gak kaya 3 tahun lalu.
04:45
Isi Solar di SPBU di jalan Gatot
Subroto.
04:57 Akhirnya
saya turun di depan RS Manuaba. Bus melanjutkan perjalanan menuju garasinya,
gak jauh tempat saya turun. Lalu saya? Saya menuju Masjid terdekat karena udah
mau masuk Shubuh.
Sekian
dan sampai di sini dulu cerita perjalanan kali ini. Cerita selanjutnya akan
berlanjut di postingan berikutnya.
DETAIL
BUS
Bus: Setiawan (PT Karya Setiawan Ekatama)
Nomer plat bus: AG 7195 UA
Jurusan: Ponorogo – Trenggalek – Tulungagung – Blitar – Malang – Denpasar
Tarif: 155.000 via RedBus (tarif normal 170.000)
Nomer kursi: 2B
Jumlah kursi: 28 + 2 (smoking area)
Merk kursi: Rimba Kencana
Sasis: Hino RK8
Bodi: Jetbus / Royal Travego
Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, reclining seat, leg rest, bantal,
selimut, colokan listrik, servis makan, snack, smoking room.
Waktu tempuh: 10 jam dan 51 menit
PENILAIAN
+ Bus nyaman, terutama suspensinya mengingat bus ini menggunakan Hino RK8 tanpa suspensi udara
+ Pengemudi mengemudikan dengan baik. Santai dan halus. Gokil lah
- Leg rest rusak