Kamis, 11 Februari 2021

Muter-muter Menuju Bali

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat datang kembali.

Sudah lama tidak posting catatan perjalanan ya. Postingan ini merupakan lanjutan perjalanan dari touring online pada postingan sebelumnya yang telah tertunda berbulan-bulan. Sebelumnya, saya melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Surabaya dengan Harapan Jaya Avante D2. Pada postingan ini, saya melanjutkan perjalanan menuju salah satu pulau di Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Yap, Bali.

Bali kembali menjadi tujuan perjalanan saya karena masih belum puas dengan bus Denpasar-an. Bali juga terkenal menjadi destinasi favorit para pecinta bus untuk touring. Perjalanan menuju dan dari Bali memang sulit bagi saya yang jarang mempunyai kesempatan untuk ke sini. Banyak PO serta armada yang menjadi incaran saya, sementara hanya 2 bus yang bisa saya naiki di perjalanan ini. Berhubung ini touring online sehingga mewajibkan saya naik bus dengan pembelian tiket secara daring dan juga wajib diskon biar biaya perjalanan jadi hemat.

Pilihan busnya? Awalnya saya berniat naik M Trans dari Tulungagung, tapi karena jejak pembelian tiket via RedBus di Facebook, YouTube, atau media lainnya sangat sedikit, jadinya harus batal. Batal naik M Trans diperkuat karena servis makannya bukan di RM Bali II. Entah kenapa saya termakan rayuan review servis makan di Bali II. Pilihan utama kalo mau makan di sana yaaa....Setiawan.

Sempat terlintas juga buat naik Wisata Komodo atau Restu Mulya dari Solo. Eh tapi takut gak nyandak waktunya dan mereka servis makannya di Caruban atau Ngawi. Naik Bejeu? Hhmmmm.....Scania K410, bisa sih beli online tapi gak ada diskon. Sebenermya naik dari Solo atau Kudus bisa sampai Denpasar udah terang. Jadi, gak perlu buang waktu lama di Bali karena kali ini saya tek-tok, gak pakai bermalam.

Pada akhirnya, saya fix naik Setiawan dari Malang meskipun sempet terpincut juga buat naik Medali Mas. Dua-duanya punya jejak tiket RedBus di Facebook, tapi Medali Mas kelasnya VIP atau Patas 40 seat. Yaaaa naik Setiawan aja lah, spesial juga bus ini kayanya. Dari Surabaya ke Malang saya muter sedikit ke Kediri.

 

Senin, 2 Maret 2020

Ya, benar Maret 2020 ya. Soalnya ini lanjutan perjalanan saya yang catatan perjalanannya hibernasi hampir setahun. Maret 2020 juga Indonesia sudah diinvasi virus Covid-19 terutama bali, tetapi awal Maret belom ada PSBB atau sejenis lockdown ya. Protokol kesehatan pun belum diterapkan karena Indonesia masih santuy sama Kopit-19. Langsung aja ya.

06:47 Masuk ke dalam kabin Harapan Jaya Patas via Tol. Sayangnya, armada Patas yang tersedia di shelter saat itu hanya Hino AK, tidak ada MB 1626 atau MB 1623 RF. Yaaa naik yang ada aja lah. Depan sama belakang sama aja armadanya, jadi naik yang depan aja.

06:49 Mulai jalan dari shelter. Saya duduk di sebelah kiri karena leg roomnya lebih lega dari sebelah kanan.

06:52 Keluar terminal Purabaya setelah cari-cari penumpang di pintu keluar. Penumpang saat itu sepi. Keluar terminal sedikit tersendat karena kepadatan aktivitas pagi alias jam berangkat kerja.

07:00 GT Warugunung. Yap, tetap masuk tol biarpun sepi. Padahal kalo gak masuk tol juga gak apa-apa buat saya karena saya gak ngejar waktu. Tapiii itung-itung bisa menikmati pemandangan sekitar tol Sumo. Sepanjang tol, Hino AK ini meraung membelah sepinya tol Sumo di pagi hari. Kecepatan pun rasanya dibuat konstan di sekitar 90-100 kpj.


07:43
Keluar di GT Bandar.

07:50 Braan. Biasa, rehat sejenak. Ini lokasi juga bisa jadi tempat transit karena pertemuan jalur Nganjuk-Solo, Kediri, dan Jombang-Surabaya.

08:03 Papar. Kalo udah masuk Kediri ini, udah mulai bisa melihat Gudang Garam di mana-mana, mulai di pot tanaman, warung, sampai truk. Nah, Kediri ini bisa jadi tempat untuk menikmati kerennya truk-truk GG berlogo Demokrat eh Mercedes. Gak sepet mata ngeliat truk Hino sama Mitsubishi mulu.

08:35 Finish terminal Tamanan, Kediri.

 

DETAIL BUS


Bus: Harapan Jaya (PT Harapan Jaya Prima)

Jurusan: Surabaya – Tulungagung (via Tol)

Tarif: 50.000

Nomer kursi: 1A

Jumlah kursi: 45

Merk kursi: Aldilla

Sasis: Hino AK

Bodi: Max dengan kaca Double (karoseri Tentrem)

Fasilitas: AC, TV, audio, reclining seat.

Waktu tempuh: 1 jam dan 46 menit

 

Tiba di Tamanan, saya makan soto lagi di sini buat isi asupan untuk perjalanan selanjutnya. Etape selanjutnya agak membingungkan. Pilihannya antara lewat Pare – Kandangan atau Blitar – Kepanjen. Kalo lewat Pare sih udah pernah lebih dari 5 tahun lalu saat menuju dan dari Kampung Inggris. Pada akhirnya sih ke Blitar aja naik Kawan Kita karena belom pernah ke Blitar. Tau gitu naik Patas ke Tulungagung aja ya tadi hahaha.

09:18 Kawan Kita dari Nganjuk masuk shelter. Kayanya KK ini ngetem kalo arah ke Blitar aja ya. Hmmm apa iya ya...??? Situasi terminal saat itu tidak ramai karena bukan jam ramai.

09:23 Bus non-AC yanh sudah tidak lagi muda ini mulai diberangkatkan menuju kota yang terkenal dan berkaitan dengan Bung Karno. Saya memilih duduk di dekat pintu tengah biar kena sepoi-sepoi angin perjalanan. Tarif Kediri menuju Blitar sebesar 13.000.

09:36 Ngetem dulu setelah alun-alun. Ngetem juga buat suhu badan jadi menghangat dan melengket hahahaha.

10:01 Melewati Taman Ngadiluwih.

10:21 Pasar Ngantru, Tulungagung. Sudah masuk TA aja. Sepanjang jalan saya melek terus untuk melihat situasi sepanjang jalan yang belom pernah saya lalui. Pernah sih, sampe Tulungasung aja tapi, itu pun udah lama banget, sebelum era Jetbus kayanya.

10:57 Melewati masjid Jami Al-A'la, Sanankulon, Blitar.

Sepertinya tidak banyak cerita di sini karena sudah mulai lupa dan saya lebih menikmati perjalanan. Seingat saya ya bus sempat dipacu cukup kencang diikuti dengan bunyi klakson berkali-kali untuk memperingatkan pengendara lain. Udah kaya Sugeng aja hahaha. Okupansi penumpang sepanjang jalan sih cukup lah, gak sepi. Lumayan juga yah, ramai juga penumpang di jalur Kediri – Blitar via Srengat ini meskipun banyak yang jarak dekat.

11:00 Memasuki Kota Blitar

11:13 Finish Terminal Patria, Blitar.

Turun di terminal auto bingung mau ngapain. Ujung-ujungnya sih naik bus ke Malang karena ga tau mau ngapain. Kebetulan ada Bagong dengan bus terbaru sudah beranjak dan saya naik di pintu keluar terminal. Oh iya, pas di terminal ketemu Rosalia Indah Exe Plus SHD dan Harapan Jaya yang keduanya menggunakan sasis Scania K360. Wah head to head nih. Kalo saya disuruh pilih sih ya pilih HarJay lah. Ada Rosin Exe+ SHD Hino RK juga sih, entah tujuan mana.


11:25
Kembali melanjutkan perjalanan bersama bus Bagong. Okupansi penumpang saat saya naik sekitar separuh kurang, lumayan lah.

Berhubung ini busnya baru, jadi enak dilihat bagian luar dan dalamnya. Untuk jok, Bagong pakai Rimba Kencana kayanya kalo lihat dari bentukannya. Leg room nya standar khas bus seperti ini lah. Selain adem, ada bagasi di atas sama TV juga di bagian depan, jadi gak membosankan lah sepanjang perjalanan. Tarif Blitar – Malang senilai 25.000.

12:27 Terminal Kesamben.

Sepanjang jalan atau jalur Blitar – Malang ini jalannya memang gak terlalu lebar tapi pemandangannya cukup menyegarkan mata dan pikiran, terlebih saya baru pertama kali lewat jalur ini. Mata selalu on, yaaa gak selalu melek sih karena sesekali tertidur karena lelah. Pemandangan paling bagus sih yaa Waduk Karangkates meskipun cuma keliatan sedikit.

12:48 Memasuki Kabupaten Malang

13:55 Melewati Terminal Gadang, Malang. Gak masuk ya, lewat di depannya aja.

Memasuki kota Malang, kondisi lalu lintas mulai ramai dan saya menapakkan jejak kembali di kota Malang setelah 5 tahun lebih. Ada sesi nostalgia juga nantinya, bukan di postingan ini.

14:27 Akhirnya finish di terminal Arjosari Malang.

Tiba di kota Malang atau tepatnya di terminal Arjosari dengan kondisi gerimis atau hujan ringan. Jam keberangkatan juga masih lama, lebih dari 2 jam. Jadiii yaaaa ngalor ngidul aja di sini sembari istirahat, bersih-bersih, dan isi perut. Sempat ke loket Setiawan juga, eh ternyata kata petugas / agen Rosalia Indah kalo Setiawan langsung lapor / check in di dekat busnya, ada petugasnya nanti di sana. Sip lah, emang beda Denpasar-an mah.

Arjosari ini terminal besar dan ramai ya setiap waktu, tapi saying kurang dimaksimalkan. Bagian atas atau lantai dua yang sekiranya jadi tempat tunggu penumpang jadi useless atau gak guna, jalan menuju bawah pun terlalu jauh. Arjosari kalo mau diperbaiki infrastruktur dan manajemennya sih bakalan keren. Jadi, terminal Malang ini gak cuma jadi tempat sekedar lewat atau napak jejak alas kaki aja.

Mengenai Setiawan ini. Tadinya saya mau naik dari Kediri dan beli di Traveloka, tapi karena kalo gak salah yang Kediri ini lewat Ngajuk – Jombang, yaaa ga jadi lah. Setiawan dari Malang yang saya naiki ini saya beli tiketnya di RedBus sebesar 148.000 setelah diskon dan RedBus Wallet. Kalo harga di RedBus tanpa potongan sih 185.000 dan harga normal di agen 170.000 kayanya. Kursi yang saya dapat nomer 6 atau 2B. Pas cocok seatnya, gak di atas ban langsung dan masih bisa liat ke depan secara luas.

 

16:15 Dalam rentang beberapa menit, Arjosari mulai kedatangan Lorena LE 112 (dari Lampung nih baru sampai), M Trans Avante H8 “Fransiska” (duh kalo jadinya naik MTrans, bisa dapet armada terbaru nih), dan Nusantara HS 266 Black Pearl. Udah masuk aja tuh Nu3, padahal masih lama berangkatnya.

Kondisi terminal saat itu diguyur hujan lebat sejak jam 15:30. Bangunan terminal terutama bagian peron keberangkatan yang terbuka lebar dan terutama lagi bagian pemberangkatan bus Setiawan, Malang Indah, dan M Trans membuat penumpang terkena rintik-rintik air. Di peron ini juga tidak disediakan kursi untuk duduk. Bahkan air sempat menggenangi peron sampai mata kaki. Sayang sekali memang terminal yang ramai ini harus dibuat dengan design yang memurut saya kurang tepat terutama saat hujan dam kekurangan fasilitas kursi.

16:49 Akhirnya bus yang saya akan naiki tiba, yaitu Setiawan AG 7195 UA yang entah pake bodi dari karoseri mana, mungkin Piala Mas.

Saya sempat deg-degan juga soalnya masih ga jelas nasib saya oleh petugas tiket di lapangan hingga bus tiba. Setelah bus tiba dan cek manifest serta saya melakukan konfirmasi, akhirnya saya bisa naik dan duduk. Inilah kekurangan kalo beli tiket secara online, was was.

17:06 Bus mulai diberangkatkan menuju pulau Bali.

17:18 Melewati karoseri Adi Putro dan ada bus Tunggal Jaya yang rilis.

17:24 Masuk tol di GT Singosari.

Melakukan perjalanan dengan kondisi luar yang sedang hujan memang syahdu, sayangnya agak kurang karena kondisi dalam bus terasa agak pengap karena AC kurang atau mungkin belum dingin seperti standarnya. Okupansi juga penuh meskipun ini hari biasa.

17:58 Interchange yang memisakan tol yang mengarah ke Malang, Surabaya, dan Pasuruan – Probolinggo. Kita ambil yang ke Pasuruan yes.

17:59 Disalip Gunung Harta GHTS-043, armada terbaru GH dengan Scania K360 berbodi Jetbus 3+ SHD Facelift, bukan yang Voyager ya.

18:14 Disalip lagi oleh Menggala Avante Yutong.

Disalip terus? Iyalah, Hino gitu loh hahaha. Auto kalem saat hujan. Tapi asyik juga sih. Bus dipacu konstan di kecepatan 80 kpj. Suspensinya juga mengejutkan, nyaman dan gak berisik. Wah, tumben banget nih naik Hino RK tapi bisa syahdu dan nyaman.

18:55 Keluar di GT Probolinggo Timur. Inilah titik paling ujung Tol Trans Jawa di bagian Timur, yaaaa setidaknya untuk beberapa tahun ke depan, mungkin sampai 2025.

19:32 Overtake Menggala Avante Yutong. Nah ke salip dia di sini, padahal sempet kabur di tol. Saat salip Menggala ini memang mantap, kecepatan lumayan cepat dan diikuti oleh kedipan lampu sein di kedua bus. Lebih-lebih lagi ini jalan biasa atau bukan tol, jadi lebih asyik kalo salip-menyalip. Bosen juga sama tol hahaha meskipun cepat waktu tempuhnya.

19:41 Melewati Polres Probolinggo.

19:46 Alun-alun Kraksaan

20:32 Alun-alun Besuki. Karena saya cukup lelah, jadi saya sempat tidur ayam sepanjang jalan.

20:41 - 21:11 RM Bali 2. Yap, bangun-bangun sudah mau parkir di Bali 2. Ramai juga di sini karena sedang ada rombongan dengan beberapa bus Pariwisata.

Saya langsung ke meja prasmanan setibanya di Bali 2. Saya dan beberapa penumpang sempat kebingungan meja prasmanan mana untuk penumpang Setiawan karena petugas rumah makan cukup sibuk dengan kedatangan bus-bus Pariwisata dan AKAP. Menu makan kali itu cukup sederhana dan tidak seperti ekspektasi saya. Ada nasi hangat, tahu tempe berkuah yang hambar, ayam free flow yang standar, sambal terasi yang enak dan membantu selera makan, kerupuk yang masih renyah, dan teh manis hangat. Yaaaa ternyata sih biasa aja ya. Tapi karena lapar yaaa sikat aja lah. Habis makan, menunaikan kewajiban.

Selepas rumah makan, penumpang dibagikan sebotol teh Javana rasa gula batu. Lumayan lah. Oh iya, sebelumnya snack juga dibagikan setelah keluar Arjosari. Kalo yang berangkat dari Ponorogo hingga TA atau Blitar (kayanya) mungkin dapat nasi kotak juga kali yah.

21:46 Tugu 1000 KM Anyer – Panarukan.

Menyusuri jalan pinggir laut atau tidak lama setelah keluar RM Bali 2, bus dipacu kencang. Yak, gak butuh waktu lama untuk kembali cepat, tidak seperti Lorena yang memberikan waktu untuk turunin makan dulu. Cara mengemudi dan perpindahan gigi dari pengemudi sangat halus. Bus pun dipacu di atas 60 kpj bahkan 80an. Lumayan sedap-sedap juga bawanya, kebetulan jalan cukup sepi juga, jadi enak dipacunya. Keenakkan dengan pembawaan pengemudi, saya tertidur sebentar.

23:39 Loket Pelabuhan Ketapang. Yak, bangun-bangun udah masuk area pelabuhan.

23:48 Jalan mundur masuk KMP Trisakti Adinda bersama GHTS-043 dan langsung jalan. Eh ujug-ujugnya ketemu si 043 juga, padahal ngacir tuh si tol.


 

Selasa, 3 Maret 2020 (WITA +1 jam)

Selama pelayaran, penumpang diperbolehkan untuk tetap berada di dalam bus, beda dengan pelayaran di Selat Sunda, tetapi mesin bus tetap dimatikan. Berhubung pelayaran ini tidak sampai 1 jam, saya jadimya muter-muter kapal yang kecil ini aja. Tengok-tengok sedikit ke arah GHTS-043, ternyata baris kiri (pintu depan sampai pintu belakang) cuma ada 7 bari. Wow! Auto selonjor tuh, mana pake seat yang model baru yang lebar lagi. Padahal unit K360 yang lama yang sekarang rollingan konfigurasinya 8 baris kiri. Aduh, jadi nyesel di touring online ini gak naik GH Malang – Bali hahahaha.

01:39 Keluar kapal.

01:45 Keluar pelabuhan Gilimanuk.

Keluar pelabuhan situasi sekitar  jalan ini masih ramai, mulai sepinya ya pas SPBU Gilimanuk tempat isi solarnya GH. Karena malam dan gelap, tidur aja lah meskipun kurang mantap karena leg restnya turun mulu kalo disandarin kaki.

04:18 Masuk ke sebuah SPBU, tapi gak isi Solar, mungkin habis atau entah kenapa. Ada MTrans Avante H8 juga lagi isi Solar.

04:23 Mengwi. Alhamdulillah sekarang udah gak wajib turun terminal, gak kaya 3 tahun lalu.

04:45 Isi Solar di SPBU di jalan Gatot Subroto.

04:57 Akhirnya saya turun di depan RS Manuaba. Bus melanjutkan perjalanan menuju garasinya, gak jauh tempat saya turun. Lalu saya? Saya menuju Masjid terdekat karena udah mau masuk Shubuh.

 

Sekian dan sampai di sini dulu cerita perjalanan kali ini. Cerita selanjutnya akan berlanjut di postingan berikutnya.

 

 

DETAIL BUS

 

Bus: Setiawan (PT Karya Setiawan Ekatama)

Nomer plat bus: AG 7195 UA

Jurusan: Ponorogo – Trenggalek – Tulungagung – Blitar – Malang – Denpasar

Tarif: 155.000 via RedBus (tarif normal 170.000)

Nomer kursi: 2B

Jumlah kursi: 28 + 2 (smoking area)

Merk kursi: Rimba Kencana

Sasis: Hino RK8

Bodi: Jetbus / Royal Travego

Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, reclining seat, leg rest, bantal, selimut, colokan listrik, servis makan, snack, smoking room.

Waktu tempuh: 10 jam dan 51 menit

 

 

PENILAIAN

 

+ Bus nyaman, terutama suspensinya mengingat bus ini menggunakan Hino RK8 tanpa suspensi udara

+ Pengemudi mengemudikan dengan baik. Santai dan halus. Gokil lah


- Leg rest rusak