Selasa, 28 Mei 2019

Mencoba Tronton Bertransmisi ZF Ecolife di Jalur Ekstrim | Bengkulu - Pekanbaru via Padang

Tolong hentikan fokus anda pada artikel ini sementara :)

Bagi yang ingin mendapatkan diskon dari redBus silakan masukkan kode refferal redb527qj atau ke http://r.redbus.com/redb527qj-1q6 untuk mendapatkan diskon 80.000 saat mendownload di Android apps mendaftar di redBus. Sekian, Terima Kasih.

Assalamualaikum wr wb. Kembali lagi di blog saya. Postingan ini adalah postingan lanjutan mengenai perjalanan saya menuju “Bumi Raflessia”, tepatnya postingan ini adalah bagian saat saya kembali berangkat dari Bencoolen menuju arah utara. Kota tujuan selanjutnya adalah Padang. Sebenarnya postingan ini mau di upload pada bulan April kemaren, tapi harus mangkrak/hibernasi sampai akhir Mei.

Padang saya pilih menjadi kota tujuan selanjutnya karena saya ingin merasakan SAN 2542 SR-2 XHD Prime yang jadi primadona dan satu-satunya sasis tronron yang mengaspal di Lintas Tengah Sumatera. Tiket saya tebus dengan harga 235.000 dengan nomer kursi 23 atau 7C. Maklum, go show, sedapetnya aja. Masih untung dapet, daripada kehabisan dan malah nanti naik PR atau putar balik menuju Pekanbaru.

Sebenarnya sih saya rencananya mau beli tiket di RedBus, biar murah hehehe. Tapiii, sudah dua minggu lebih sebelum saya berangkat touring, SAN hilang dari RedBus. Sangat disayangkan memang. Jadi nambah biaya touring deh. Tapi rapopo lah, touring harus tetap jalan.

Perjalanan ini menjadi perjalanan yang cukup spesial bagi saya, karena ada hal-hal pertama bagi saya. Pertama, ini pertama kalinya saya naik bus berbodi Legacy SR-2 dan yang XHD Prime pula. Kedua, ini pertama kalinya saya naik sasis MB OC500RF 2542 versi transmisi ZF Ecolife setelah 3x naik 2542 generasi awal yang pakai transmisi ZF Astronic, udah gitu Jetliner semua pula hahahaha. Hal yang paling bikin saya penasaran adalah 2542 Ecolife ini. Ada yang bilang 2542 Ecolife ini bus dengan transmisi bus kota / bus BRT.
Hal spesial lainnya ialah saya akan melewati jalur Bengkulu – Lubuk Linggau di hari terang. Nampaknya jalur ini cukup indah untuk di nikmati saat hari terang. Sayangnya, saya harus duduk di kursi bagian tengah, jadi kurang puas menikmati pemandangan sepanjang perjalanan. Jadi, bagaimana impresi saya naik 2542 Ecolife di rute ini? Silakan disimak cerita ini. Semoga terhibur.


Rabu, 6 Maret 2019

13:07 tuas handbrake diangkat dan pedal gas mulai diinjak, sementara roda mulai berputar yang membuat bus ini berjalan keluar dari rumahnya di Rawa Makmur atau jalan MT Haryono, kota Bengkulu. Tidak jauh dari pool SAN, ada loket PR dan nampak satu armada yang stay, yaitu bus bermesin depan. VVADOOOO..... Hino AK.......
13:12 menaikkan penumpang di loket Pasar Minggu. Gila juga ini. Ini jalanan cukup ramai dan jalannya juga tidak lebar alias sempit. Bisa-bisanya kendaraan 13,5 meter masuk dan berhenti sejenak di sini. Akamsi mah bebas lah.
13:47 melewati kantor Bupati Bengkulu Tengah
Yak, impresi awal dari transmisi Ecolife dari ZF yang ditanamkan di sasis 2542 ini mulai saya rasakan dan saya sudah bisa nilai. Impresi awalnya ialah luar biasa halus. Perpindahan gigi atau percepatan di 2542 Ecolife ini sangatlah halus, bahkan suara perpindahannya hanya samar-samar atau gak jelas. Udah kaya pure matic aja gitu. Berbeda dengan Scania Opticeuise yang perpindahan giginya cukup terdengar, terutama di Scania 7 speed milik K360 (versi Opticruise). Lalu bagaimana penilaian selanjutnya? Apakah impresi awal ini menjadi impresi final saya mengenai 2542 Ecolife ini? Simak terus ceritanya.
14:25 kres SAN Golden Dragon. Uwawww,,,,, sepertinya ini bus dari pulau Jawa, baru sampe sini yah.
14:37 masuk Kabupaten Kepahiang.

Jalanan setelah masuk kabupatan Kepahiang ini cukup ekstrim, jalannya naik turun + berkelok + sempit, mayoritas sih jalannan menanjak. Bayangin,,,,,eh gak usah bayangin deh, liat aja videonya di YouTube, banyak kok. Pokoknya di jalur kaya gini, bus, apalagi 2542 ini, bakalan sering bunyiin klakson buat kasih tanda ke kendaraan di arah berlawanan. Gak sekali dua kali juga bus sampai harus berhenti buat bergantian pada saat belok. Gak sekali dua kali juga lewat belokan tajam. Sebenarnya saya sudah ada impresi selanjutnya mengenai 2542 Ecolife ini, tapi saya tahan dulu sampai keluar dari jalur eksotis nan ekstrim ini.
14:57 Loket Kepahiang
16:01 – 16:16 terminal Nangka, Curup. Terminal yang,,,,sepi-sepi ajah. Seperti yang sudah diketahui, penjual gorengan di sini cukup menjadi primadona bagi penumpang. Lumayan buat ganjal perut. Saya juga beli gorengan 5000 (isi 5) buat ganjal perut dan langsung habis sebelum bus kembali jalan hahahaha.
Selepas terminal Nangka, hujan turun dan diikuti dengan datangnya kabut. Adanya kabut, pertanda daerah ini berada di dataran tinggi. Benar saja, sepanjang jalan banyak kebun sayur. Sepertinya kabupaten ini jadi pemasok sayur-mayur bagi wilayah Bengkulu – Lubuk Linggai dan sekitarnya. Segar mata kalo liat beginian. Udah muak liat macetnya perkotaan.
17:37 kres Putra Raflessia Skyliner 1626 hijau. Wadohhhh,,,,,ini lagi baru mashokkk.
17:51 masuk Lubuk Linggau.
18:05 – 18:11 Loket SAN Lubuk Linggau
18:19 – 19:02 RM Simpang Raya, Lubuk Linggau. Masuk RM langsung menunaikan kewajiban dulu, abis itu makan. Saya makan pakai nasi goreng dengan isian telur eye cow. Rasanya? Hambar cok! Njir, gak nikmat amat makan kali ini. Telornya sih masih mending ada garamnya sedikit. Husnudzon aja, mungkin saya disuruh diet hahahaha.
20:15 berhenti di penjual Duku di pinggir jalan.
Lubuk Linggau ini ada jalan lurus sepanjang sekian kilometer hehehe. Bahkan, mayoritas jalan sampai Sumbar jalannya banyak yang lurus. Setelah melalui jalan lurus yang panjang, bahkan sampai top speed 100+ kpj di Ulysse Speedometer, saya sudah bisa menyimpulkan mengenai 2542 Ecolife ini.
Transmisi Ecolife dari ZF yang ditanam di dalam 2542 memang cocok, bahkan sangat cocok dan mantap,,,,,,,,, di jalan lurus. Perpindahan gigi halus sekali. Namun sayang, saat menemui jalan menanjak, sepertinya kurang cocok. Mungkin perasaan saya aja kali ya, terutama saya ini awam mengenai hal teknis di dunia otomotif. Tapi saya merasakannya ya begitu. Ecolife ini kurang bertenaga saat jalan menanjak, maksudnya saat mulai menanjak mulai dari kecepatan rendah, kaya akselerasi gitu lah. Kaya terasa lamanya.
Hal baik dari Ecolife ini memang transmisi yang halus dan sangat cocok di jalan lurus. Pernah nonton video mas Andriawan Pratikto di YouTube? Yang suara 2542 (Ecolife) Lorena seperti suara jet? (https://www.youtube.com/watch?v=gXQk2FaeqW4Suaranya sama seperti yang saya naiki, hanya saja suaranya halus atau nyaris tidak terdengar. Dannnn,,,,, di kecepatan 100+ kpj, 2542 dengan bodi SR-2 XHD Prime ini sangat stabil. Wow, luar biasa impresif. Padahal pas naik K310, di 100+ kpj, sudah agak terasa melayang. Mungkin juga itu karena posisi duduk saya atas roda.
20:50 Pasar Singkut
21:04 Polres Sarolangun
21:20 Terminal Sri Bulan, Sarolangun
22:14 Terminal Pulau Tujuh, Bangko bersama ALS Jetbus MB 1626
22:33 kres SAN 2542 dan NPM
Saya sebenarnya bosan di perjalanan ini. Mengapa? Karena duduk di tengah, gak bisa liat jalanan. Udah gitu saya melek terus pula karena abis minum kopi. Parahnya lagi, kalo mau tidur, leher dan kepala sakit. Parahnya juga, kursi AMG yang awalnya saya kira Aldilla, karena dari depan mirip Aldilla, tidak lebar. Jadi gak nyaman aja gitu. Mending kursi lebar, tapi lorong sempit. Toh waktu di dalam bus juga banyak dihabiskan untuk duduk, bukan mondar-mandir di lorong bus.
23:43 jalan dari terminal Muaro Bungo

Kamis, 7 Maret 2019

01:25 – 02:05 RM Umega, Gunung Medan bersama SAN Bisnis AC Bukit Tinggi. Di sini saya menunaikan kewajiban dan makan. Gak makan berat, tapi makan Pop Mie aja buat ganjal perut.
02:13 jalan dari SPBU
Setelah jalan dari RM dan SPBU. Saya baru teringat mengenai entertainment di bus ini yang diusung oleh MSI Funtoro. Saya kira mah AVOD gitu, tapi kok gak ada. Saya Cuma liat antena router di atap bus ini yang berjumlah dua buah. Saya kira WiFi, saya coba aja sambungin ke hp saya. Eh ternyata ada. Saya kira internet beneran. Taunya ini entertainment MSI Funtoro itu toh. Kaya AVOD tapi hiburannya di smartphone sendiri (dihubungkan melalui jaringan nirkabel) tapi tanpa layar di belakang kursi. Mirip kaya yang ada di HarJay Double Decker lah. Pilihan hiburan (film, lagu, dll) juga lumayan lah buat menghibur.
Sialnya, hal ini baru saya sadari setelah masuk Sumbar dan baterai low. Kenapa gak pas di Lubuk Linggau tadi aja coba. Selain itu, hp saya yang low battery juga malah saya malas ngecharge. USB portnya ada di dinding, dekat penumpang sebelah. Gak mantap buat penumpang di lorong kaya saya. Tapi memang USB port ini sangat membantu loh.
02:22 Overtake SAN Bukittinggi
02:51 Simpang Kiliran Jao
04:11 Polsek Muaro Kalaban & Simpang Sawahlunto
Selepas ini, saya banyak tidur. Wilayah Sitinjau Laut pun saya sekali dua kali aja terbuka mata, itu pun langsung merem lagi.
05:36 turunan Panorama 1, Sitinjau Laut
06:24 akhirnya saya turun di Simpang Masjid Raya Sumatera Barat.

Selesai sudah perjalanan saya bersama SAN Legacy SR-2 XHD Prime 2542 Ecolife. Banyak hal baru yang saya dapat dari perjalanan kali ini. Perjalanan saya selanjutnya adalah langsung balik menuju Pekanbaru. Bagaimana perjalanan selanjutnya? Simak terus.


DETAIL BUS

Bus: Siliwangi Antar Nusa (PT SAN Putra Sejahtera)
Nomer plat bus: BD 7088 AU
Kelas: Executive
Jurusan: Bengkulu – Padang
Tarif: 235.000
Nomer kursi: 23 (7C)
Jumlah kursi: 53
Merk kursi: AMG
Sasis: Mercedes Benz OC500RF 2542 Ecolife (ZF Ecolife Transmission)
Bodi: Legacy SR-2 XHD Prime (karoseri Laksana)
Fasilitas: AC, TV, audio, personal entertainment, toilet, rec.seat, foot rest, bantal, selimut, USB charger.
Waktu tempuh: 17 jam dan 17 menit.


PENILAIAN

+ Transmisi ZF Ecolife perpindahan giginya sangat halus
+ Personal entertainment dari MSI Funtoro memang membantu untuk mengusir kebosanan. Lebih private, dan juga irit dari segi ekonomis bagi perusahaan (SAN)

- Kursi sempit, tidak lebar. Jadi kurang nyaman.
- Lubang louvre AC ternyata sudah banyak yang hilang separuh. Sangat sayang memang, mengingat usia bus ini yang masih muda.


PADANG – PEKANBARU

Setibanya di Padang, saya langsung menuju Masjid Raya Sumatera Barat untuk,,,,,,, mandi hahahaha. Saya menuju kamar mandinya buat bersih-bersih badan. Lumayanlah seger. Gak lupa juga putu-putu ini Masjid dengan keunikkannya serta pemandangan di sekitar Masjid. Setelah itu saya ke seberang, tepatnya ke WiFi id Corner atau Taman Digital buat wipian.
Emang dasar kere bin pelit bin missqueen, mau WiFi-an aja nyari ID sama password WiFi ID di grup FB biar kaga bayar. GAK MODAL!!! Hahahaha. Gak berhasil dapat, sempet pengen beli vouchernya aja di LinkAja (dulu T Cash), eh tapi ada WiFi yang terbuka nih. Ternyaa WiFi dengan nama BAPPEDA SUMBAR gak pake password. Ini jaringan asalnya dari mana coba. Mana cepet juga lagi. Mayan lah WiFi gratis, chager hp gratis. Benar-benar mental masyarakat negara +62. Hahahahaha.

Habis WiFian, coba cari sarapan yang dekat pun gak ada, akhirnya saya ke WC Masjid (bukan Masjid Raya) buat setoran atau melaksanakan ritual pagi. You know lah. Abis itu nge-Go Jek ke Ambacang atau By Pass, tepatnya ke loket Epa Star, tepatnya lagi ke loket Putra Pelangi yang jadi satu sama loket Epa.
Setibanya di sana, langsung beli tiket ke Pekanbaru. Harganya 150.000 tapi saya nego dengan harga deal di 130.000. Kebetulan juga yang akan jalan itu 1626 Jetbus HD tanpa topi. Duhhh mantul. Sesuai harapan. Nostalgia sama 1626, udah gitu Jetbus HD pula. Jadi nostalgia pas naik Rosalia Indah NL 399 dan 397 (Bitung – Blitar) pas masih bodi Jetbus HD livery bulan sabit. Abis beli tiket, makan ketupat sayur dulu di lapau/kedai di sebelah loket. Mayan lah, 8000 udah plus gorengan bakwan 2. Pengen bungkus tuh bakwan tapi mager, padahal bikin ngiler juga tuh bakwan.
Sebelum berangkat, saya mendapatkan satu hal yang membuat saya harus mengakhiri perjalanan naik PPP nanti di Bukit Tinggi saja, gak sampai Pekanbaru. Mengenai tiket, biarlah saja. Kalo kata Ibu saya, itung-itung beramal.

Kamis, 7 Maret 2019
10:07 setelah menunggu satu jam lebih, padahal katanya jalan jam 9. Akhirnya berangkat juga dari By Pass Padang.
10:48 melewati Pasar Usang, ketemu SAN 2542 di SPBU. Wah si 7088 nyolar di situ toh
11:00 melewati Pasar Mudik, Lubuk Alung
11:17 melewati Pasar Sicincin. Di sini kalo gak salah sudah terkena macet. Gak tau kenapa. Masa iya jembatan yang dulu putus, sampe sekarang belom beroperasi normal 100%.
12:37 – 12:46 SPBU Kayu Tanam. Bangun tidur udah di sini aja. Melipir ke WC dulu lah. Bangun tidur malah terasa lapar. Jadi nyesel gak bungkus bakwan di loket tadi.
12:53 melewati Air Terjun Lembah Anai
13:01 masuk Padang Panjang
13:14 masuk Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang. Gak ada penumpang naik, abis masuk, keluar lagi. Gak lama keluar terminal, kres denga Putra Pelangi BL 7504 AA (Jetbus HD 1626)
13:31 melewati Pasar Koto Baru. Untung ini pasar lagi waktunya libur, jadi gak macet. Kalo lagi hari pasar mah beuhhhhh makan banyak waktu di sini.
13:44 melewati Pasar Padang Luar. Untung gak terlalu macet di sini. Ketemu ALS 1521 SR-2 HD Prime juga.
13:55 akhirnya finish Terminal Aur Kuning, Bukittinggi.

Jadi, bagaimana kepulangan saya ke Pekanbaru? Ya, saya naik bis lagi, 11:12 lah saya yang kemaren. Tapi saya gak buat catatan waktunya. Malas, dan ini pertama kalinya sejak pertama kali ngeblog di 2014, saya naik bus tanpa mencatat waktu perjalanan. Memang sebuah dedikasi, dedikasi yang unfaedah hahahaha. Maksudnya unfaedah itu kaga ada hasilnya alias kaga ada duitnya. Lah saya naik bus selama ini gak pernah untung, malah ngeluarin duit mulu hehehe.

Hari Sabtu, 9 Maret 2019 saya kembali ke Pekanbaru. Tapi saya gak beli tiket, saya gunakan cara “ilegal”, hmmm,,,,,,, jadi menelan ludah sendiri karena saya pernah benci sama orang yang syarkawian. Entah males aja gitu beli tiketnya di loket walaupun jarak dekat.

Armada yang saya akan naiki ialah armada yang duluan lewat di Simpang Pasar Biaro. Siapa cepat, dia saya naiki. Saya sempat telepon ke orang loket Putra Pelangi di terminal Aur Kuning. Ternyata PPP gak jalan hari itu, akhirnya saya dinaikin Sempati Star. Hmmmm,,,,, penasaran saya dapat armada yang kaya gimana.

Sekitar jam 2 siang lewat, Sempati Star 1626 Jetbus HD datang. Saya langsung naik. Wah 1626 Jetbus HD lagi. Mantul. Masalah datang, ternyata SS gak masuk Pekanbaru, tapi nanti belok di Bangkinang lewat Petapahan dan masuk Lintas Timur di Kandis. Wah mas alahhhh. Akhirnya saya putuskan turun di Bangkinang dan nantinya lanjut travel yang gak jelas masih ada apa engga jam 7-8 malam nanti di Bangkinang. Ongkos yang saya harus bayar tadinya 120.000, karena sampe Bangkinang aja, jadi 70.000. Sepertinya ini harga loket,, bukan harga asli syarkawi. Entahlah.

Mengenai bus ini. Bodi masih cukup kokoh walau sudah jelek interiornya. Jumlah kursi gak tau berapa pasti, tapi 8 baris. Sayang leg room sempit karena kursi yang jumbo. Ada plus minus sih. Plusnya, kursi nyaman dan lebar, mantap. Minusnya yaaa leg room sempit. Dan ini gak ada bantal, lebih parah dari PPP kemaren. Yahh walaupun PPP gak semua kursi ada bantal. Saya kira mah ini SS 1626 masih pakai kursi yang mirip kaya di PPP 1626 ukurannya, ternyata sama kaya armada SS lain pakai Aldilla tebal.

Sekitar baru masuk Ashar (jam 15:30 lewat), bus masuk rumah makan di kabuparen Lima Puluh. Rumah makan ini juga jadi persinggahan PPP dan NPM. Saya di sini menunaikan kewajiban dan makan. Makan pakai nasi soto seharga 15.000. Rasa? Standar amat lah, yang penting lapar hilang.

Jalur Padang – Bukit Tinggi – Lima Puluh – Kampar merupakan jalur yang indah untuk dilihar dan dinikmati. Ada lembah-lebah dengan tebing berwarna hitam, bukit-bukit, persawahan, Kelok 9 yang fenomenal, Ulu Kasok (di Riau), dan beberapa jalan berada di pinggir sungai. Kerenlah pokoknya. Di jalur begini mah jangan tidur, apalagi kalo baru pertama kali. Jalurnya juga cukup ekstrim, mirip kaya jalur yang saya lewati di perjalanan sebelumnya di touring ini.

Sebelum masuk Bangkinang, mampir dulu di Masjid, memberi kesempatan untuk penumpang buat Sholat Maghrib berjamaah. Goks! Baru kali ini saya naik bus seumur hidup, kru mau berhenti pas waktu Maghrib. Biasanya mah bakal dijamak. Sebelum masuk Bangkinang juga kru kasih tau kalo bus akan masuk dan aatu lewat Pekanbaru, jadi saya aman lah perjalanan ini. Saya juga nambang ongkok 50.000. Sip lah.

Sekitar jam 21:06 saya turun bus, turun sebelum simpang jalan Melati – Garuda Sakti. Saya kira bus ini akan lewat jalan Soebrantas dan Tabek Gadang, eh ternyata engga. Saya kira juga bakal masuk jalan Melati dan masuk jalan Naga Sakti melewati Stadion Utama Riau, eh engga juga. Akhirnya turun di simpang Melati aja lah.

Waktu tempuh 7 jam kurang. Normal lah buat bus. Saya aja kalo naik travel sekitar 6 jam (BKT-PKU). Itu travel loh yang jalannya ngebut dan mosak-masik. Tapi ini kan bus, gak bisa mosak-masik semudah mobil travel.

Usai sudah perjalanan saya menuju Bumi Raflessia sekaligus Ranah Minang, bahkan sampai ada hal tak terduga sampai menambah hari perjalanan. Sungguh perjalanan luar biasa dengan pemandangan jalan yang luar biasa. Ini adalah rute yang indah, kalo dilewati saat hari terang.

Terima kasih telah menikmati catatan perjalanan / touring kali ini. Sampai jumpa di catatan perjalanan berikutnya.

Kira-kira berikutnya naik apa ya??? Apakan LE 151 lagi hahahaha? Simak saja beberapa bulan ke depan.


DETAIL BUS

Bus: Putra Pelangi (PT Putra Pelangi Perkasa)
Nomer plat bus: BL 7524 AA
Kelas: Executive
Jurusan: Padang – Pekanbaru – Medan
Tarif: 130.000
Nomer kursi: 16 (4D)
Jumlah kursi: 32 + 3
Merk kursi: Aldilla
Sasis: Mercedes Benz OH 1626
Bodi: Jetbus HD (karoseri Adi Putro)
Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, rec.seat, leg rest bantal, selimut, sekat belakang / smoking area
Waktu tempuh: 3 jam dan 48 menit.


PENILAIAN

Kayanya gak perlu ada penilaian lah ya, cuma trip jarak dekat kok. Pokoknya standar aja lah.