Jumat, 27 Desember 2019

Ngebis Jarak Dekat di Rute Wisata

Tolong hentikan fokus anda pada artikel ini sementara :)

Bagi yang ingin mendapatkan diskon dari RedBus silakan masukkan kode refferal redb527qj atau ke http://r.redbus.com/redb527qj-1q6 untuk mendapatkan diskon 80.000 saat mendownload di Android apps mendaftar di redBus. Sekian, Terima Kasih.


Assalamualaikum wr. wb. Selamat datang kembali di blog saya.

Seperti biasa, kalo ada postingan di blog saya, sudah besar kemungkinan pasti catatan perjalanan. Mungkin sudah bisa ditebak rute mana yang saya jalani pada cerita ini (kalau gak baca judul). Rute yang saya lakukan kali ini bukan rute yang sering saya lakukan saat ngebis, namun rute yang selalu ada dalam dua kali touring terakhir saya di 2019.

Rute perjalanan saya kali ini dekat aja, Bukittinggi – Pekanbaru. Rute ini bisa dibilang, apalagi kalo full mengikuti trayeknya, merupakan rute wisata. Sebut saja kota Padang, air terjun Lembah Anai, jalur kaki gunung Merapi-Singgalang, kota Bukittinggi, Harau, kota Payakumbuh, kabupaten Luma Puluh Kota, Ulu Kasok di kabupaten Kampar. Nama-nama tersebut merupakan objek wisata dan daerah yang memiliki objek-objek wisata di dalamnya.

Ngomong-ngomong saya pergi dari Pekanbaru ke Bukittinggi gak naik bus ya karena NPM rute Padang – Pekanbaru sudah tutup, hanya tersisa Padang – Dumai. Seperti biasa juga, pemesanan tiket saya lakukan via RedBus dengan segala kendalanya yang mudah-mudahan bisa diperbaiki ke depannya oleh pihak RedBus maupun operator bus. Kalo pihak RedBus mau mendengar keluhan dan masukan dari saya yang mungkin saja bermanfaat, boleh kok, silakan e-mail aja yes hehehe.

Tiket saya beli di RedBus dengan harga 55.000 dari harga normal atau asli 110.000, eh ga ada kenaikan yah, keren. Harga 55.000 saya dapatkan dengan kode promo untuk pengguna baru (maksimal potongan 80.000). Saya dapat nomer kursi 30 (8B) atau bagian belakang. Ya sudahlah. Padahal saya cukup tidak suka atau benci dengan rute ini karena suka bikin mual dan mabok terutama kalo naik travel karena banyak ruas jalan yang berliku.

Kamis, 26 Desember 2019

Sekitar 1 jam sebelum jadwal keberangkatan, yaitu 15:24, saya ditelepon pihak loket NPM di Jambu Air, Bukittinggi untuk konfirmasi tiket saya. Good.
16:43 Saya tiba di loket NPM di Jambu Air, Bukittinggi dengan bermodalkan Go Ride seharga seribu hahahaha. Mayan, promo 99% dari Gojek dan bayar pake LinkAja. Gak promo gak jalan hahahaha.
Masuk ke dalam loket untuk cek in dan di suruh tunggu, katanya sebentar lagi. Syukurlah, soalnya pas ditelepon suruh kumpul di loket jam 16:30. Jadwal berangkat di RedBus sih jam 16:30 juga. Tapiii namanya juga melewati rute super gemuk Padang-Bukittinggi yang ramai sangat. Kalo tol Trans Sumatera ruas Padang – Pekanbaru, bakalan membantu banget tuh mengurai kepadatan di jalur Padang – Bukittinggi bahkan sampai Payakumbuh. Mudah-mudahan lancar. Bayangin aja, Bukittinggi – Padang bisa 6 jam lebih kalo lagi gila, apalagi kalo musim liburan. Kan maennn.....
17:39 Akhirnya, seonggok Legacy SR-2 HD Prime tiba. Eh ternyata dapet V17 lagi toh kaya kemaren hahaha.
17:44 Berangkaaaaattt.....
Masuk ke dalam kabin, sudah ramai penumpang, sepertinya full seat pada persinggahan-persinggahan berikutnya.
17:49 – 17:54 Masuk terminal Aur Kuning. Terminal merangkap pasar.
18:06 – 18:23 Singgah sebentar di Sanjai Sasuai. Entah mengapa bus-bus yang melewati rute ini kudu mesti wajib berhenti di Sanjai atau tempat jual oleh-oleh khas Sumbar.
19:07 Melewati Pasar Baso. Sebelumnya V17 melipir ke kanan sekitar 20 menitan untuk mempersilakan penumpang untuk melakukan kewajiban.
19:43 Singgah sebentar di loket Payakumbuh untuk menaikkan penumpang.
20:09 Melewati Polres Lima Puluh kota.
Hal yang tidak menyenangkan terjadi, lebih tepatnya sejak duduk di dalam bus. Apa itu? Silakan cek di bagian penilaian / review ya.
20:20 – 20:53 RM Mak Mawi, Lubuk Bangku, kabupaten Lima Puluh.
Perut sudah lapar karena gak nemu yang jual gorengan pas di loket NPM dan di Sanjai. Saya makan di sini pakai ayam balado, mungkin lebih tepatnya anak ayam karena kecil banget ukurannya, dan nasi tambal. Total biaya makan 20.000 saja. Harga sesuai porsi yah. Sebenernya sih saya mau makan di rumah makan yang jaraknya 50 meter dari Mak Mawi. Soalnya saya pernah makan di sana pas naik travel, tapi mager lah.
21:00 Memasuki Kelok 9. Salah satu “Masterpiece” anak bangsa, katanyaaa...
Kiri-kanan gelap, perut kenyang, yaa tidur lahhhh. Tidur ayam maksudnya. Nah, hal gak enak lainnya dimulai nih, lebih tepatnya hal yang dibenci. Perut sudah bergejolak di dalam, alias mual karena jalan berliku dan duduk di bagian belakang. Saya memilih memejamkan mata dan berusaha tidur, kalo melek bisa makin parah.
23:54 Memasuki terminal Bangkinang untuk laporan ke Dishub.
Hmmm..... cepat juga yah. Saya kira bakalan tiba di Pekanbaru jam 2, ternyata sepertinya tidak akan. Alhamdulillah juga kemacetan parah di Koto Alam karena longsor saat saya jalan dari Pekanbaru ke Bukittinggi sudah sudah tidak ada. Gila itu macet, masa 2 unit NPM Celcius dan Avante 1526 serta Sempati Star O500R 1836 lepas kemacetan Koto Alam jam 11 lewat. Gilak! Harusnya jam 11 udah di atau udah lewat dari RM Tuah Sakato di Kandis kali.

Jum’at, 27 Desember 2019

00:08 Melewati Polsek Kampar.
Yah, jam malam yang pastinya sepi kendaraan membuat V17 mampu berjalan lebih kencang dan sekaligus mengejar waktu tiba di Dumai yang sudah terbuang dengan kemacetan di jalur Padang – Bukittinggi. Sempat bus mengerem mendadak + buang stir sedikit yang sepertinya menghindari lubang. Eh ada satu bapak-bapak yang teriak “istirahatlah kalo ngantur pir”. Yailah pak, baru pertama kali jalan jauh kali. Baru pertama naik bus juga kali. Gimana kalo naik travel atau apalagi bus-bus plat BK. Norak bet dah. Kalo karena menghindari lubang mah, mobil pribadi biasa juga bakalan kaya gitu kaliii!
00:47 Akhirnya saya turun di depan RS Jiwa Tampan, Jl. Soebrantas, Pekanbaru.
Saya turun di sini karena bingung, saya kira bakal lewat Garuda Sakti – Melati – Naga Sakti (Stadion Utama), eh engga hahaha. Soalnya V17 sempat berhenti di Simpang 4 Panam. Makanya saya telat jalan ke depan. Akhirnya turun di depan RS biar gak jauh dari lapak nasi goreng buat makan (lagi) hahahaha.
Alhamdulillah tiba di Pekanbaru kurang dari jam 1. Meleset sekitar 1 jam dari perkiraan awal kalo jalan dari Bukittinggi jam 5 dan lebih cepat dari perkiraan setelah jalan dari Bukittinggi telat. Alhamdulillah juga jalan dari Simpang 4 Panam sampai beberapa kilometer ke depan sudah di beton dan sudah 2 lajur. Jadi bisa lebih cepat.


DETAIL BUS

Bus: NPM (PT Naikilah Perusahaan Minang)
Nomer plat bus: BA 7330 NU (V17)
Jurusan: Padang – Pekanbaru – Dumai
Tarif: 55.000 (harga normal 110.000)
Nomer kursi: 30 (8B)
Jumlah kursi: 40
Merk kursi: Rimba Kencana
Sasis: Mercedes Benz OH 1526 NG
Bodi: Legacy SR-2 HD Prime ECE.R66 (karoseri Laksana)
Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, rec.seat, bantal, selimut, smoking room, USB port charger.
Waktu tempuh: 7 jam dan 3 menit.


PENILAIAN

+ Pemesanan tiket mudah, tidak perlu lapor dulu. Tinggal berangkat.
+ Waktu keberangkatan sore, pas buat saya. Hanya saja waktu meleset karena faktor jalanan.

- Leg room sempit. Ini dia masalah yang saya sebut di atas tadi. Entah mengapa 1526 dengan bodi Legacy dengan 9 baris itu terasa sempit, terasa seperti 1526 bodi Jetbus Adi Putro dengan 10 baris. Waktu naik RAPI Ulysses dulu juga gitu, 1526 9 baris tapi sempit. Padahal pake jok Rimba Kencana non jumbo kaya ANS, bukan Aldilla yang biasanya lebih tebal. Sumpah, kaki saya gak bisa lurus masuk ke kolong. ANS 1526 yang pake jok Rimba Kencana yang jumbo dan 9 baris aja terasa lebih lega. Aneh banget dah. Kenapa yah???
- Aroma rokok tercium di kabin
- Kru bus menyetel lagu dengan volume yang cukup besar. Harusnya sih, pasca rumah makan kalo setel lagu gak usah keras karena udah masuk jam tidur. Kalo mau setel lagu pake speaker depan lah kalo ada. Ini bisa jadi masukan juga bagi pihak NPM serta krunya. Setel lagu kalo malem kaya bus Medan – Pekanbaru dan / atau Medan – Aceh, mereka setel pelan biar penumpang gak terganggu. Bisa juga taro speaker tambahan di depan, jadi yang dengar sopir aja (walau penumpang depan juga kedengeran sih).
- Menemui masalah saat pemesanan di RedBus. Mohon pihak RedBus dan mungkin juga pihak operator bus untuk memperbaiki masalahnya.

Sejauh ini itu saja cerita dan penilaian dari saya. Semoga bisa jadi perbaikan bagi pihak RedBus dan PO NPM ke depannya. Terima kasih kepada RedBus dan NPM. Terima kasih juga telah membaca.

Minggu, 17 November 2019

Menikmati Maskapai LCC Rasa Full Service | Citilink QG938 (CGK-PKU)


Assalamualaikum, selamat datang kembali di blog saya. Sudah lama rasanya tidak bikin trip report di blog ini. Maklumlah, trip langganan Pekanbaru – Tangerang atau sebaliknya sudah vakum gegara waktu tempuh semakin lama dan rasanya ngebis sekarang semakin terasa melelahkan. Padahal sudah beberapa bulan ini terutama di Semester 1 tahun 2019 harga tiket pesawat meroket. Rasa bosan juga menjadi alasan mengapa saya tidak nge-LE 150 atau 151 lagi.
Tadinya saya ada rencana touring di bulan November ini karena mumpung lagi di tanah Jawa. Rasanya pengen menikmati Tol Trans Jawa yang fenomenal itu hahaha. Pengen rasanya ke Denpasar atau Jember/Banyuwangi, minimal Surabaya atau Blitar-Malang lah. Tapi APBP (Anggaran Pendapatan dan Belanja Pribadi) dan devisa yang tipis hingga akhir bulan tidak menghendaki untuk touring yang bahkan cuma harus keluarin duit 500 ribu. Tapi okelah, mungkin belum rejeki. Mungkin nunggu populasi Volvo B11R di jajaran bus reguler AKAP semakin banyak hahahaha.
Seperti yang sudah saya ceritakan di paragraf pertama, postingan kali ini juga tidak akan menceritakan perjalanan saya naik Lorena Pekanbaru. Tapiii saya akan menceritakan sedikit cerita, kesan, dan pengalaman saya saat naik pesawat CGK-PKU. Yaaa, nampaknya memang biasa saja. Tapi tenang, Insya Allah tidak akan biasa saya.
Perjalanan kali ini pada akhirnya saya memilih Citilink sebagai moda transportasi yang akan mengantarkan saya ke Kota Madani. Media pemesanan tiket saya percayakan kepada Tiket.com. Why? Beli tiket Citilink di Tiket.com saat ini sangat menarik. Btw ini gak disponsorin Tiket.com loh ya. Beli tiket Citilink di Tiket.com saat ini gratis makanan dan voucher senilai 150.000 (minimal transaksi 800.000) untuk tiket pesawat Citilink dan Hotel. Ini alasannya saya cukup getol memilih Citilink dan karena juga Batik Air udah 1 juta ke atas harganya hahahaha.
Foto hanya ilustrasi
Harga yang harus saya bayar adalah senilai 861 ribu sekian lah (udah free meals gratis dari promo Tiket.com). Saya pakai Gift Code juga Telkomsel Poin dengan potongan 100.000. Jadi saya pesan tiket seharga 761 ribu someting. Karena rencana budget pulang saya untuk tiket saja sebesar 900 ribu karena rencana awal naik Batik Air. Jadi, saya bisa “upgrade” atau beli fasilitas tambahan di pesawat. Saya beli kursi terdepan di website Citilink seharga 135.000 (untuk baris 1 atau hot seat dan baris di emergency exit (hanya bisa dibeli di airport saat check in)). Toh total tidak sampai 900 ribu dan selisih 2-3 ribu dengan tiket Batik Air saat murah dan sudah dipotong promo 100.000. Kapan lagi naik pesawat bisa duduk di hot seat? Kalo naik bus mah udah eneg kali duduk di hot seat hahaha. Btw saya bayar 135.000 melalui LinkAja, yahhh mungkin karena sesama produk dari anak perusahaan BUMN kali yah. Mudah syekali lah pembeliannya. Oh iya, saya pilih seat 1F dengan harapan bisa lihat Sunset.

Sabtu, 16 November 2019
Pukul 2 siang lewat saya otw Stasiun KA Bandara (Railink) Batu Ceper naik Go Car. Tarif cuma 43.000, kalo joss langsung bandara 83.000. Kenapa saya naik KA, karena saya masih punya saldo e-money gocap yang gak akan kepake di Pekanbaru. Karena Pekanbaru masih belum bersahabat untuk pemakaian e-money. Paling buat belanja di Indomaret doang setau saya. Bayar TMP masih cash, kereta (CL, MRT, LRT) mustahil ada. Balik lagi, kalo begini kan ongkos ke bandara saya cuma keluar sekitar gocap, Railink gak dihitung. Btw bulan November ini KA Bandara masih tarif promo loh untuk pemesanan online di website dan mobile app. Cuma ya ada tambahan biaya 5.000 hahahaha. Payah lo, e-money atau e-wallet aja biaya adminnya 1000 perak.
Saya ambil jadwal jam 15:25. Lumayan bisa Sholat Ashar dulu di stasiun. Tiba di BST jam 15:37, sesuai jadwal. Langsung naik Kalayang ke Terminal 2. Mana saya gak tau lagi counter check in Citilink di mananya, akhirnya masuk aja dah di Gate 4 (kalo ga salah) walau harus jalan lagi karena di gate ini isinya counter Batik Air.
Selesai check in, dapat boarding pass. Bagus boarding passnya, gak ngeplek-ngeplek loyo kaya Garuda saat saya naik GA dari PKU-CGK sebelumnya. BP-nya kaya punyanya Lion Group, payah! Full Service (FSC) kok begitu. Dannn saya lupa kasih GA Miles saya, padahalkan lumayan biar kata sedikit juga. Tapi biarlah.
Langsung menuju gate D7, duduk sambil nonton film di HP, lalu ada pengumuman kalo Boardingnya pindang ke D4. Ealah! Udah sampe D4, duduk lagi benar, Boarding Call. Antri-antri sedikit langsung menuju hot seat. Saya kira hot seatnya sama lega kaya FSC, tapi kayanya beda. Kaki gak bisa full selonjor, masih nekuk. Kaya hot seatnya Sempati Star, PPP Jetliner Scania, dll (yahh nyebut merk dah wkwkwkwk). Tapi okelah, yang penting nyampe Pekanbaru duluan dibanding penumpang lain hahahaha.
Pintu ditutuppp dddaaannnn ternyata cuma saya seorang yang bayar 135.000 alias cuma saya seorang yang duduk di hot seat. Bangku sebelah sampe 1A kosong. Mantap! Padahal waktu pilih kursi, seat 1A,1B,1C gak bisa dipilih karena diblok atau mungkin sudah dibooking. Ternyata kalo duduk di depan itu seat belt bagian kiri ada airbagnya. Ya Allah, norak sekali saya.
Untuk waktu take off dan touch down sila lihat di FR24. Saya gak perhatiin. Take offnya aja gak di runway di belakang pesawat, malah nyebrang dan lewatin hanggar dulu. Pas lewat hanggar GMF, Ya Allah 4 unit 77W (Boeing 777-300ER) milik Garuda ngejagrok di sono, apa iya itu 4 unit istirahatnya cukup lama? Apa iya 77W maskapai lain (Emirates, Singapore, Qatar, KLM, dll) sering ngaso-ngaso juga di hanggar? Apa iya Cuma 77W nya GA aja yang paling sering di darat? Hhhmmmmm.....??? Btw di hanggar jjuga terlihat 747 (kayanya) dengan livery mirip Rossiya (benernya namanya) dan 747 nya KLM. Jauh ugha ya 747nya KLM masuk bengkelnya ke CGK. Sayang gak nampak A330-900neo yang baru.
Oh iya selingan. Pada H-1 hari keberangkatan saya alias pada Jumat 15 November 2019 telah diresmikan tol Terpeka (Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung) oleh pak Presiden Joko Widodo beserta Menteri PUPR, Menteri BUMN, dan Dirut PT Hutama Karya (Persero). Selamat! Ini menjadi ruas tol terpanjang di Indonesia saat ini, entah siapa yang akan menjadi ruas tol terpanjang selanjutnya. Nah, pada hari keberangkatan saya (Sabtu 16/11/19) tol ini sudah dioperasikan dan GRATIS selama 30 hari! Goks. Mungkin kalo saya naik LE 150 bisa menikmati tol ini soanya gratis, masa iya nolak gratisan. Mungkin bukan rejeki saya jadi salah satu orang yang menikmati ruas tol terpanjang di hari pertama pengoperasiannya.

Balik ke Citilink. Saat TO, tumben saya mendengar suara raungan kaya 77W di yutup-yutup itu. So Satisfying. Lampu tanda kenakan sabuk pengaman mati, setelah itu, FA (pramugari dan pramugara) mulai berkeliaran, namun didahului oleh penumpang yang berkeliaran ke toilet hahaha. Karena saya beli fasilitas Green Zone, saya dapat snack kacang dan air mineral botol 220ml merk Cleo. Yailah, 220ml aja dibotolin. Padahal mah itu standar isi “aqua gelas”, bahkan Cleo gelas aja isinya 250ml seperti yang saya dapat saat naik Kurnia AW Series .
Setelah itu dibagikan meals plus air minum lagi. Makanan gratisan bagi pax yang beli tiket di Tiket.com ini isinya nasi uduk. Keknya sama kaya yang didapet seorang Youtuber, Ikhwan Hidayat deh (tonton videonya di sini). Suprisingly rasanya enak. Ternyata makanan di LCC bisa enak juga yah. Rasa nasinya enak walau gak banyak tapi pas, rasa tempe balado enak dan pas, telurnya kurang banyak tapi pas, ayam opornya enak rasanya. Good job buat Citilink dan catering rekanannya.

Modal gak sampe 800 rebu dapet makan enak. Daripada naik induknya, si GA, cuma dapet roti 2 biji, kacang, ama aer untuk rute PKU-CGK. Roti dan paper bag nya sih merk terkenal, The Harvest, tapi ya engga banget lah buat FSC. Beda banget sama 2018 lalu saat naik GA PKU-CGK juga yang dapet meals dan minuman soft drink. Parahhh parahhh. Paman Gober!
Tapi yaaa pas naik GA dari KUL-CGK akhir Okober kemarin sih tetep seperti FSC layaknya. Ya kali dapet snack doang sama BP ngeplek-ngeplek! Ambyar dah dihajar Malaysia Airlines sama Malindo.
Selama flight dengan A320-200 non Sharklets ini, terasa beberapa kali turbulance ringan yang cukup panjang, namun tidak sampai lampu kenakan sabuk pengaman nyala. Dann bodohnya saya setelah beberapa kali terbang CGK-PKU jam sore, ternyata view Sunset itu ada di bagian seat A alias sebelah kiri, bukan F atau kanan. Bego amat yah hahaha. Akhirnya di seat 1F ini hanya menikmati langit biru saja. Btw juga, kok sekarang langit disekitaran CGK itu kaya Sumatera saat musim kabut asapnya. Berkabut atau smog (smoke fog) itu. Apa sebegitu parahnya kualitas udara di Jakarta dan Tangerang kota?


Sebelum descent, mbak’e pramugari membagikan voucher 150.000 itu. Eh jnck nya dibagikan ke semua penumpang, bukan Cuma penumpang yang beli tiket di Tiket.com aja. Ealahhhh, sa ae dah.
Proses landing yaa gak mulus lah, mantul 2x kayanya. Tapi sih itu biasa lah ya. Kalo mau mulus ya naik yang wide body. Seperti yang saya rasakan saat pertama kali naik wide body. Oktober kemarin berkesempatan naik A330-300 nya Oman Air rute KUL-MCT. Baru kali itu mendara mulus dan nyaman banget. Ternyata faktor ukuran pesawat berpengaruh yah. Parkirnya di tengah-tengah di antara Batik Air dan Garuda yang sama-sama flight terakhir dari CGK dan langsung puterwalik ke CGK kayanya. Gak pernah saya keluar pesawat duluan (bukan yang pertama) ini.
Pas udah mau sampai pengambilan bagasi eh ada counter Grab. Eh udah bisa toh ngambil pax di PKU atau SSK II. Ambil bagasi dulu dan nunggunya lama, molor 15 menit lebih dari jadwal. Selesai ambil bagasi, buka aplikasi Grab. Ebuset! Tarifnya 90.000 ke kost. Padahal kalo pake Go Car 60 ribuan. Gila! Tapi yaaa wajar sih. Mesti naikin tarif kalo mau diijinin masuk sama AU. Maklum, bandara SSK II ini jadi satu sama pangkalan udara AU. Blue Bird aja yang lebih senior di Pekanbaru masih gak boleh ambil penumpang di sini. Tapi okelah, lanjut 90.000 karena lagi hujan juga. Kalo kaga ujan mah saya jalan keluar bandara ke simpang puskesmas trus naik Go Car yang Cuma 60 ribuan.
Udah segitu aja yah trip reportnya. Karena cukup mendadak bikinnya dan baru kepikiran mau bikin dan jadiin trip report saat udah di pesawat.


DETAIL ARMADA

Maskapai: Citilink (member of Garuda Indonesia)

Penerbangan: QG938 CGK-PKU (Jakarta Soekarno-Hata – Pekanbaru)
Kelas: Economy (LCC)
Nomer kursi: 1F (window)
Registrasi: PK-GLJ
Pesawat: Airbus A320-200 (A320-232)
STD: 17:05
STA: 19:00
ATD: 17:18
Landed: 18:38
Waktu tempuh: 1 jam dan 20 menit (versi FR24)




PENILAIAN


Overall sangat memuaskan. Ditengah harga tiket pesawat yang masih tinggi, modal 900 ribu sudah menikmati layanan dan fasilitas seperti maskapai Full Service. FA pun ramah. Good Job buat Citilink.
Terima kasih kepada Tiket.com dan Citilink atas promo dan pelayanan dalam penerbangannya.


Selasa, 11 Juni 2019

Mudik Naik Armada Terbaru "Oto Urang Awak"


Assalamualaikum, kembali lagi di blog saya. Postingan ini (pastinya) akan menceritakan perjalanan saya naik bus.

Bulan Ramadhan dan Lebaran sebentar lagi datang. Artinya, anak rantau akan melakukan perjalanan pulang ke kampung masing-masing, begitu juga dengan saya. Mudik kali ini saya menuju Tangerang dari Pekanbaru. Naik apa? Apakah yang itu-itu lagi? Hmmm.....

Perjalanan kali ini bisa dibilang awalnya tidak ada kejelasan. Saya yang semester akhir dan sedang menyusun tugas akhir harus menunggu jadwal bimbingan atau konsultasi dengan dosen untuk tugas akhir saya. Jadwal bimbingan masih misterius, begitu pula dengan jadwal kepulangan / perjalanan saya menuju Tangerang. Pada akhirnya, saya memantapkan diri untuk pulang antara tanggal 21 Mei atau 22 Mei (maksimal). Tiket pun belum saya beli.

Minggu, 19 Mei 2019. Saya bertolak dari kost menuju kantor cabang Lorena, bus langganan saya saat kuliah. Kok ga beli online seperti biasa? Full book alias penuh, jadi otw kantor aja kali aja dapet LE 153. Tiba di kantor, langsung tanya dong, dan hasilnya.... Tanggal 21 penuh untuk LE 151 dan LE 233 (harga tiket 545.000). Tanggal 22 Mei ada kosong di LE 153, tapi harga udah 600.000 + 30.000 karena armada tambahan. Buset, 630.000! Duit segitu mah biasanya buat bayar tiket sama makan di jalan. Menggila memang.

Saya sih cukup menganggap wajar. Di saat tiket pesawat meroket, PO-PO kebanjiran rezeki, apalagi PO yang melayani rute antar pulau Jawa-Sumatera yang selama ini bisa dibilang “ngos-ngosan”. Ini jadi kesempatan bagus buat mereka, terlebih dari (menurut pendapat saya), Lorena ini kan udah Tbk yah alias sudah ada di bursa efek. Jadi, keingingan untuk untungnya lebih dari perusahaan biasa.

Akhirnya, saya putuskan untuk meninggalkan kantor Lorena. Fix, perjalanan kali ini harus tanpa Lorena untuk pertama kalinya. Lalu, saya beralih ke kantor / loket SAN di depan Gerbang Stadion Utama Riau. Hasilnya? Luar biasa nihil. Tiket tujuan Lintas Timur dan Jawa ludes sampai beberapa hari ke depan, hanya menyisakan tiket ke Bengkulu. Lalu? Saya gimana? Naik apa? ALS? Ogah! Sempati? Ogah juga! Handoyo Group? Apalagi.
Sembari mencari cara pulang, saya servis motor dulu. Lagi servis motor, dapat cara pulang yang oke dan tentunya murah. Jadi, saya putuskan buat naik NPM ke Bukittinggi dan lanjut (tanpa perpal semalam) naik ANS ke Jakarta. Tiket NPM saya beli di RedBus seharga 88.000 (tiket normal 110.000 – 22.000 (kode promo & RedBus Wallet). Sementara ANS, saya beli di Traveloka seharga 305 ribuan dengan rincian (harga normal 400.000 – diskon langsung traveloka 20.000 – 76.000 pakai kode promo 20%). Mudah-mudahan paham ya. Pokoknya tiket pulang saya 400.000 kurang beberapa rupiah. Goks! Tidak hot seat tidak masalah!

Untuk NPM, awalnya saya pesan yang trip ke-2 alias naik NPM rute Dumai – Padang jam 10 malam. Pada saat lapor tiket ke loket, ditawarin buat naik yang trip pertama alias Pekanbaru – Padang jam 7 malam. Akhirnya saya mengiyakan karena pihak loket kasih tau kalo bus Dumai suka tiba di Pekanbaru gak sesuai jadwal karena situasi kondisi jalan Dumai – Pekanbaru yang tidak menentu.

PEKANBARU – BUKITTINGGI

Selasa, 21 Mei 2019

19:05 Saya tiba di loket. Kok gak di terminal? Karena saya dipastikan naik trip pertama beberapa jam sebelum keberangkatan atau sekitar jam 5 sore. Mepet dongg...

19:53 Melewati simpang Tabek Gadang. Ngomong-ngomong, okupansinya boleh dibilang sepi. Jumlah penumpang bisa dihitung jari 2 tangan. Keren memang. Menurut Jalur Darat (YouTube channel) di videonya, rute ini masih disubsidi yang punya, jadi sedikit penumpang pun tetap jalan. Kalo awal-awal rintis mah emang gitu, sepi, apalagi rute ini dikuasai oleh travel-travel.
20:23 Jalan lagi setelah berhenti di Simpang antara Kubang, jalan Soebrantas dan Garuda Sakti. Saat berhenti, saya sempatkan foto-foto busnya dan ke Indomaret buat beli amunisi perjalanan.
21:00 Jalan lagi setelah berhenti cukup lama di lapak penjual nanas. Daerah ini memang terkenal dengan lapak-lapak penjual nanas sepanjang jalan yang letaknya di antara Pekanbaru dan Bangkinang. Gak paham juga ini di kecamatan mana. Selagi berhenti, saya makan malam dulu dengan bekal yang saya bawa dari kost.
21:28 Melewati kantor BRI Kampar.
22:01 Masuk terminal Bangkinang. Ternyata NPM PKU-PDG ini joss juga jalannya walau gak setiap saat. Selepas ini saya pilih tidur. Kursi nyaman, ada bantal selimut, AC dingin, interior cozy-cozy gitu, cocoklah buat tidur. Dua kursi saya kuasai untuk tidur.

Rabu, 22 Mei 2019

00:38 – 01:18 RM Mak Mawi, kabupaten Lima Puluh. Bangun-bangun udah di Mak Mawi. Lumayan juga tidurnya, hitung-hitung gak merasakan jalan berliku di rute ini yang biasanya bikin saya mabuk kalo naik travel dan terlewat juga sih Kelok 9.

Di sini, saya makan yang merangkap sahur (makan berat) pada akhirnya. Saya makan nasi soto. Rasanya standar, oke lah. Harganya 17.000 saja. Lumayan isi perut dan menghangatkan badan. Lepas rumah makan, saya coba pejam mata lagi sebentar.
01:46 Simpang Terminal Payakumbuh w/ Sampagul. Ini Sampagul trayek ke mana yah? Kok lewat sini? Apa iya dia mau ke Sumut tapi lewat Sumbar dulu? Goks juga rutenya.
02:08 Melewati Pasar Baso. Titik turun sudah dekat. Harus siap-siap dan menuju ke depan.
Saat di depan, mata saya mengeksplor dashboard dan panel instrumen 1526 generasi ke-3 ini. Generasi ke-3? Ya, buat saya ini generasi ketiga dari seri MB 1526. Yang pertama itu 1526 dengan stir palang 2 seperti punyanya Rosalia Indah. Generasi ke-2 sudah palang 4 stirnya, seperti Lorena yang biasa saya naiki, RAPI SR-1, dll. Nah yang ini generasi ke-3 (versi saya ya) dengan panel instrumen yang baru dan lebih keren dan lebih berwarna. Armada NPM SR-2 ini juga ternyata pake pintu otomatis, seperti Sempati Star era Scania K360 Opticruise JB2+ (Setra) ke atas. Gak perlu tarik-dorong-gebrak lagi.
02:15 Akhirnya finish di simpang Tanjung Alam. Kalo gak pake berhenti 2x di Pekanbaru dan lepas Pekanbaru, bisa finish jam 1-an nih.


DETAIL BUS

Bus: NPM (PT Naikilah Perusahaan Minang)
Nomer plat bus: BA 7330 NU (V17 atau Vircansa 17)
Jurusan: Pekanbaru – Padang
Tarif: 88.000 (harga normal 110.000)
Nomer kursi: 11 (3C)
Jumlah kursi: 41
Merk kursi: Rimba Kencana
Sasis: Mercedes Benz OH 1526 NG
Bodi: Legacy SR-2 HD Prime ECE.R66 (karoseri Laksana)
Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, rec.seat, bantal, selimut, smoking room, USB port charger.
Waktu tempuh: sekitar 6 jam dan 22 menit.


PENILAIAN
+ Tidak ada bunyi kriyet-kriyet, senyap.
+ Interior keren. Mungkin lebih keren kalo lampu malam di kabin gak warna merah, tapi biru.

- Waktu berhenti cukup lama saat masih di dan lepas Pekanbaru


BUKITTINGGI - TANGERANG

Setelah tiba di rumah saat waktu sahur dan langsung tidur beberapa jam. Sekitar jam 08:30 pagi saya berangkat diantar salah seorang keluarga saya menuju loket ANS di (entah) Padang Luar atau Kapas Panji atau Jambu Air. Pokoknya loket atau kantor ANS lah.

Tiba di loket, langsung tukar e-ticket dari Traveloka. Eh ternyata gak dikasih tiket asli atau tiket kertas. Katanya gak apa-apa dan gak masalah nantinya. Oke lah. Mantap juga sih, hemat kertas. Hemat pengeluaran. Selagi menunggu lewat Gumarang Jaya 1521 yang sudah dirombak Jetbus 2 dan 2/3 unit NPM. Syukurlah gak jadi naik NPM, bisa dapet unit 1521 tuh hahaha. Oh iya, di pool ANS ini sedang ada “cuci gudang” alias bus-bus tua yang terpajang di depan sedang dipotong. Entah ada proyek apa ke depannya.

09:00 Akhirnya satu unit ANS masuk tiba.
Wuih ternyata saya kembali dapat armada terbaru dari “oto urang awak”. Armada paling gress dari ANS dan trip pertama dia dari Sumbar, yaitu unit 1526 NG bodi Ventura 2. Saya sih gak ngincar bodi yang mana-mana. Pokoknya naik ANS dan pulang, dah gitu aja. Emang ya, kalo gak ada incar bodi/armada, nanti dapetnya yang paling bagus. Giliran pas ngincer ajaaa, meleset mulu.
Sebelum “start Bukittinggi”, mari review sedikit armada ini. Ini adalah armada terbaru ANS setelah Tourismo 2 DG. Entah berapa jumlah armada Ventura 2 ini, yang jelas, ini bagian dari ambil untung dari meroketnya tarif penerbangan di negara +62, sama seperti NPM yang datangkan banyak unit berbodi SR-2 HD Prime dan Avante HDD.
Kursinya menggunakan Rimba Kencana yang lagi hype karena design yang keren dan kenyamanannya. Menurut saya, kursi di armada ini merupakan kursi lawas yang diperbaharui, ganti kulit dan busa juga mungkin. Kok bisa bilang kursi lawas? Karena banyak goresan dan noda kotor di plastik keras di bagian belakang kursi. Kursi ini juga cukup, lebih tebal dan besar dari NPM (SR-2) kemaren. Jadi, leg room terlihat sempit, kalo pas dicoba sih biasa aja.
09:20 Memulai perjalanan menuju tanah Jawa. Okupansi ramai, belom penuh tapi.
09:44 Melewati Pasar Koto Baru. Syukurlah lancar, bukan hari pasar ternyata.
09:54 Masuk terminal Bukit Surungan, Padang Panjang. Di dalam, sudah ada truk-truk dan beberapa unit Yoanda Prima.
10:12 Overtake NPM Romansa @Batipuh, Tanah Datar, beberapa saat sebelum tampak Danau Singkarak.
10:33 Jalan setelah menaikkan penumpang di RM Angin Berhembus, Danau Singkarak.
11:06 Sumani.
11:39 Masuk terminal Bareh, Solok. Di sini datang juga ANS dari Padang, bodi Royal Travego, entah Combawa, Fort de Kock, atau yang mana. Di sini juga dilakukan pertukaran penumpang berdasarkan tujuan akhir atau transit-transitan.
12:28 Melewati simpang atau gerbang menuju pusat Sawahlunto / Polsek Muaro Kalaban.
12:33 Di overtake NPM 1521 @ Sijunjung
13:01 Di overtake ANS Padang. Gila, unit gress 1526 NG disalip sama motuba 2x hahaha. Gak terkejar pula hahahaha.
13:45 Macet perbaikan jalan. Yah, ternyata di pertengahan bulan Ramadhan masih dilakukan perbaikan jalan di beberapa titik atau wilayah.
14:15 Melewati simpang Kiliran Jao, simpang yang mempertemukan antara Lintas Tengah dan jalan menuju Taluk Kuantan dan sekitarnya.
14:25 – 14:56 RM Palapa, Kiliran Jao bersama ANS yang dari Padang (B 7537 NL) dan satu unit ANS yang perpal turun mesin. Di sini ya tentunya saya gak makan dan gak beli makanan, puasa. Saya menunaikan kewajiban aja.
15:26 – 15:42 Masuk SPBU. Lah, kenapa gak isi full di deket pool ANS di Bukittinggi aja yah? Aneh dah. Mending Lorena juga sistemnya. Isi full di Kota keberangkatan awal, terus isi penuh lagi di pertengahan perjalanan.
15:52 Melewati RM Umega, Gunung Medan, Dharmasraya ada NPM Avante, Yoanda Prima Skyliner, dan Epa Star Hino AK bodi Max. Lepas Dharmasraya saya tidur dan terbangun di Muaro Bungo.
17:37 Masuk terminal Muaro Bungo. Di Muaro Bungo ini ternyata kita belok kiri di sebuah simpang. Ternyata ANS masih lewat Lintas Timur, saya kira udah move on permanen ke Lintas Tengah. Eh alah, kalo gini mah saya muter doang ke Sumbar kalo ujung-ujungnya masuk Lintas Timur dan masuk Palembang lagi hahahaha.
18:32 – 19:12 Ternyata masuk rumah makan lagi di RM Sederhana Baru, Muaro Tebo. Lumayan lah bisa makan dan gak perlu nunggu lama makan di Bayung Lencir.

Saya di sini makannya biasa, nasi goreng aja. Rasanya lumayan, lebih enak dibanding nasi goreng di Simpang Raya, Lubuk Linggau. Harganya? Luar biasa! 10.000 aja. Gila, ternyata harga normal kaya di kota-kota, bukan harga standar rumah makan lintas. Goks! Rekomen lah di sini.
20:39 Sei Bengkal.
21:25 Sungai Rengas.
21:54 Di overtake ANS Padang @ Mersam.
22:25 Muaro Tembesi.
23:00 Muaro Bulian.
Di ruas jalan penghubung Lintas Tengah dan Lintas Timur ini saya pilih tidur. Ruas jalan di sini juga cukup buruk, banyak jalan rusak. 11:12 sama jalan Bayung Lencir – Palembang. Saya juga ini baru ke-3 kali (seingat saya) lewat ruas jalan ini. Gak ketemu lawan main juga di sini kaya bus Palembang, Yoanda dan Epa.

Kamis, 23 Mei 2019

00:22 Akhirnya tiba di simpang Lintas Tengah dan Lintas Timur.
00:40 – 00:50 Masuk SPBU lagi aja kan.
00:54 – 01:39 RM Simpang Raya, Bayung Lencir bersama ANS Padang. Di sini saya sahur dengan nasi lauk ayam. Rasa? Standar Simpang Raya, biasa. Harga? Sama juga kaya Simpang Raya di Japura, 27.000. Ini rumah makan jadi rumah makan persinggahan banyak truk. Lebih rame truk daripada kendaraan lain, termasuk travel dan pribadi.

05:02 Ibadah sholat Subuh sekitar 20 menitan @ Masjid Al-Hikmah, Sungai Lilin. Alhamdulillah bisa Subuhan juga kalo ngebis hehehe. Abis Subuhan, tidur lagi lahhh...
08:13 Melewati Batalyon Arhanud KM 18 Palembang-Betung. Yak, sudah diduga dan pasti, MACET. Eneg banget saya sama ruas jalan ini, macet mulu. Moga-moga cepet selesai dan beroperasi dah tol Kapal Betung (Kayu Agung – Palembang – Betung).
08:35 Jalan dari terminal Alang-Alang Lebar, Palembang. Jalan lagi? Iya dong, saya banyak tidur.
08:58 Melintasi Jembatan Musi 2
09:06 GT Palembang. Saya kira gak masuk tol, eh masuk. Mantap.
09:22 GT Indralaya.
09:35 Kres dengan Siba Surya 2 DAF, Hino, MB @ Tanjung Sejaro. Mulai ramai truk-truk Siba di Lintas Timur.
09:41 Kres Sempati Star Patas VIP K360 Comfortshift.
10:05 Melewati Pasar Tanjung Raja.
10:25 Masuk terminal Kayu Agung. Wajib masuk sekarang mah, gak kaya dulu, lewat ae. Jalanan di Palembang – Kayu Agung masih sama kaya terakhir lewat sini Januari lalu, masih banyak rusah. Pffftttt.... fokusnya tol terosss, jalan lintas didiamin baeee.... jangan gitu juga donggg...
11:06 Melewati RM Pagi Sore, eh ada LE 120 (entah P 285 atau P 284). Gila! LE 120 jam segini masih di Pagi Sore.
11:09 Kres LE 232 Setra 1525. Nah ini lagi, 232 baru mau masuk Pagi Sore jam segini. Pada ngapa kali yak LE-LE ini? Gak cuma LE sih, ada PK juga sebelumnya. Kok pada telat semua armada Jawa-Sumatera?
11:13 – 11:49 RM Wisata Minang Jaya, Ogan Komering Ilir bersama ANS Padang yang siap jalan dan Sari Mustika Legacy SR-1. Di sini saya tadinya mau mandi, eh kamar mandinya mengerikan sekaleeee..... jadinya saya cuci muka sama sikat gigi aja di keran wudhu yang airnya mendingan. Di sini juga terakhir kalinya liat ANS Padang, abis itu entah gak keliatan lagi.
12:45 Tugu Mulyo
13:56 Masuk Provinsi Lampung. Masuk Lampung, banyak juga titik-titik perbaikan jalan yang lagi di aspal. Gud lah, setidaknya ada perbaikan. GAK KAYA DI SUMSEL!!!
15:28 Unit 2 Tulang Bawang
16:04 – 16:13 Masuk SPBU, isi solar lagi.
17:37 Melewati Simpang Lintas Tengah dan Lintas Timur
17:56 – 18:39 RM Gadang Jaya 3, Bandar Jaya bersama SAN Bisnis AC.

Beberapa menit sebelum adzan Maghrib tiba dan akhirnya buka di sini. Saya gak makan juga di sini, bungkus aja. Bungkus nasi + ayam di wartegnya. Rasanya sih lumayan, garamnya terasa, gak pelit kaya rumah makan laen. Rasanya gak kaya warteg, 30.000 njay. Gila kali. Untungnya bungkus, jadi nasinya lebih banyak. Dapet akuwa gelas juga sih satu. Mayan, bekal makan di kapal.
18:45 GT Gunung Sugih. Akhirnya, full tol sampai pelabuhan. Mantap joss.
19:06 ot Arya Prima @KM 104. Di tol, ANS 1526 NG ini gak segan buat berada di kecepatan 100+ kpj. GAK KAYA LORENA yang mentok 90 kpj hahaha. Ternyata oto urang awak gak pake mikir harus irit solar kayanya.
19:14 GT Natar. Eh alah pake keluar segala gegara ada penumpang turun.
19:35 Masuk terminal Rajabasa bersama SAN Sanchaibus Scorpion X.
20:30 Tanjakan Tarahan. Sebenernya lumayan juga sih gak lewat tol dan lewat jalan ini. Masuk bisa cuci mata di ruas jalan ini, masih bisa lihat bundaran Radin Inten, pelabuhan dan gardu induk Panjang, dll.
20:57 Masuk tol lagi di GT Sidomulyo. Sebenernya pas di Natar, tinggal 90-an KM lagi menuju Pelabuhan, alias gak sampe 1 jam lagi sampe Bakauheni.
21:35 Antri gardu Pelabuhan Bakauheni. Sebelum antri di gardu, ada pemeriksaan dulu. Biasa lah.
21:49 Masuk KM Raputra Jaya 888 bersama NPM Celcius Hasti, NPM V12 “Ganesha” MB 1836, dan NPM Jumbo @Dermaga 1. Gile, masuk kapal ini lagi. Kemaren naik LE 150 (P 330) naik kapal ini juga.

22:15 Kapal Jalan. Di kapal ini, saya pilih masuk ruang lesehan aja dengan bayar 12.000. Lumayan buat makan dan rebahan sambil nonton TV.

Jum’at, 24 Mei 2019

00:41 Sandar di Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten.
00:57 Keluar kapal
01:08 – 01:37 RM Rajawali, Merak bersama NPM-NPM. Gak kaya Lorena yah yang langsung tol. Di sini pada sahur, saya sih engga, lah udah deket kok. Sekitar 1 jam-an lagi turun.
01:45 GT Merak. Lepas GT Merak, saya banyak memejamkan mata.
02:47 GT Cikupa bersama Tranex atau Transport Express. Lah, muncul aje tuh Tranex. Dari GT ini saya melek, biar gak kelewatan.
03:01 Akhirnya Finish di Rest Area Karang Tengah KM 14. Akhirnya selesai juga perjalanan panjang iniiii......


DETAIL BUS

Bus: ANS (PT Anas Nasional Sejahtera)
Nomer plat bus: BA 7046 AU
Jurusan: Bukittinggi – Jakarta (via Lintas Timur)
Tarif: 303.034 + 2.500 (fee Alfamart) (harga normal 400.000)
Nomer kursi: 15 (4C)
Jumlah kursi: 40
Merk kursi: Rimba Kencana
Sasis: Mercedes Benz OH 1526 NG
Bodi: Ventura 2 (karoseri Morodadi Prima)
Fasilitas: AC, TV, audio, toilet, rec.seat, colokan listrik.
Waktu tempuh: sekitar 41 jam dan 19 menit.


PENILAIAN

+ Armada baru
+ Lebih joss dan mau injak gas lebih dalam daripada Lorena
+ Kursi nyaman terutama di punggung, gak kaya Aldilla biasanya

- Tidak ada selimut
- Kurang joss, kalah cepat sama 1521 hahaha